Jakarta, landbank.co.id– Investasi properti komersial di Asia Pasifik meningkat 3% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$31,6 miliar pada kuartal keempat 2023, membalikkan tren penurunan pada tujuh kuartal berturut-turut.
Menurut data dan analisis perusahaan konsultan properti global JLL (NYSE: JLL), kenaikan volume investasi pada kuartal keempat 2023 membawa sentimen positif setelah melewati tahun yang penuh tantangan di mana volume investasi secara keseluruhan di seluruh wilayah menurun sebesar 17% YoY menjadi US$106,8 miliar.
Tiongkok memimpin pemulihan investasi Asia Pasifik selama dua kuartal berturut-turut, mencatatkan 50 persen kenaikan (yoy) menjadi US$11,1 miliar.
Sementara itu, sektor-sektor seperti logistik (turun 5 persen menjadi US$6,5 miliar) dan sektor ‘living’ (naik 24 persen menjadi US$1,5 miliar) mencatatkan performa yang lebih baik dibanding sektor lainnya, terutama di Tiongkok.
Investasi di perkantoran, yang turun 13 persen menjadi US$13,7 miliar (yoy), terus melemah di tengah ketidakpastian suku bunga, tingkat re-pricing, dan tingkat hunian.
“Investor di kawasan Asia Pasifik tetap berhati-hati di tengah biaya utang yang masih tinggi. Prospek penurunan suku bunga di tahun ini berpotensi membalikkan tren yang sedang terjadi, tetapi kami melihat bahwa para investor mungkin akan terus mendiversifikasi portofolio investasi mereka – terutama di sektor seperti logistik, industri, dan ‘living’, yang masih memiliki daya tarik di kawasan ini,” ujar Stuart Crow, CEO, Asia Pacific Capital Market, JLL dalam siaran pers yang dilihat landbank.co.id, Senin, 12 Februari 2024.
JLL menyebutkan, jika Tiongkok adalah pasar paling aktif pada kuartal keempat, Singapura mencatatkan penurunan investasi yang paling tajam – turun 29% secara tahunan (YoY) menjadi US$1,8 miliar.
Meskipun investasi lintas batas di Asia Pasifik turun 64% YoY menjadi US$3 miliar pada kuartal keempat 2023, Singapura muncul sebagai investor lintas batas paling aktif, melakukan akuisisi hotel dan logistik besar-besaran di seluruh wilayah dan menyumbang 36% dari volume investasi kuartalan.
Australia (US$4,3 miliar) dan Hong Kong (US$2,1 miliar) sama-sama mencatatkan peningkatan volume investasi secara tahunan, naik masing-masing 14% dan 6%.