Bumi Makmur Anugerahagung: Komitmen Mutu dan Ketepatan Waktu Jadi Pondasi Pertumbuhan

PT Bumi Makmur Anugerahagung (BMA) menjaga mutu produk dan ketepatan waktu pengiriman di tengah meningkatnya konsumsi CPO domestik pada 2025./Foto: dok. BMA.

Jakarta, landbank.co.id – Di tengah meningkatnya konsumsi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri sepanjang 2025, PT Bumi Makmur Anugerahagung (BMA) menegaskan komitmennya menjaga mutu produk dan ketepatan waktu pengiriman sebagai kunci kepercayaan konsumen.

Perusahaan perdagangan CPO yang berdiri sejak 2023 itu optimistis mampu mempertahankan keandalan operasionalnya seiring meningkatnya permintaan di pasar domestik.

Bacaan Lainnya

“Kami memiliki komitmen kuat dalam pengiriman produk secara tepat waktu. Selain itu, menjaga kualitas CPO sesuai kesepakatan dengan konsumen. Intinya, ketepatan waktu dan mutu dijaga sehingga konsumen percaya,” ujar Cheny Canliarta, Direktur PT Bumi Makmur Anugerahagung, kepada landbank.co.id, Senin, 3 November 2025.

Menurut Cheny, faktor ketepatan waktu menjadi elemen penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.

“Konsumen akan mempercayai kami ketika pengiriman barang dilakukan tepat waktu, kecuali ada faktor alam seperti cuaca ekstrem. Namun, kami selalu berkomunikasi agar konsumen memahami situasi tersebut,” jelasnya.

BMA menilai potensi pasar CPO dalam negeri masih terbuka lebar. Fokus pada pasar domestik disebut menjadi langkah strategis perusahaan di tengah fluktuasi harga dan permintaan global.

“Kami fokus di pasar dalam negeri dan optimistis penjualan tahun ini bisa tumbuh dua kali lipat dibandingkan 2024,” tambah Cheny.

Optimisme BMA sejalan dengan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang mencatat peningkatan konsumsi CPO domestik pada 2025.

Sepanjang Januari–Agustus 2025, konsumsi CPO dalam negeri mencapai 16.406 ton, naik sekitar 5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 15.571 ton.

Dari total konsumsi tersebut, sektor biodiesel mendominasi dengan 8.343 ton atau sekitar 50,85 persen, disusul sektor pangan sebesar 6.579 ton (40,10 persen) dan sektor oleokimia sebanyak 1.484 ton (9,05 persen).

Pos terkait