Jakarta, landbank.co.id– Tahun 2025 digadang-gadang menjadi fase pemulihan (recovery) bagi sejumlah sub-sektor properti.
Fase recovery dalam siklus properti itu akan dialami oleh properti rumah tapak, industrial, pusat perbelanjaan modern, dan apartemen.
“Siklus normal properti butuh waktu berkisar 8-10 tahun. Harusnya tahun 2023 sudah dalam posisi jam 12 (booming), tapi terjadi pelambatan karena adanya pandemi Covid-19 pada 2020,” tutur Head Research Department Colliers Indonesia, Ferry Salanto di BSD City, baru-baru ini.
Dia menerangkan, awal 2026 kemungkinan sektor properti akan lebih positif.
Baca juga: Berharap Ada Bank Tanah Khusus Perumahan
Sekalipun demikian, jelas Ferry, pertumbuhan properti tahun 2025 akan diwarnai oleh tren-tren baru yang beradaptasi dengan dinamika pasar terutama hunian berbasis green living, kawasan mixed-use, kawasan industri berbasis data center serta properti logistik yang terus berkembang.
“Kebijakan fiskal dan moneter pada 2025 akan berpengaruh signifikan terhadap industri properti,” kata dia.
Menurut Ferry, keputusan pemerintah kembali menebar insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah tapak ataupun apartemen siap huni hingga 31 Desember 2025 akan menjadi salah satu pendorong utama yang menjaga sektor properti tetap bertumbuh.
Baca juga: Begini Marketing Sales BSDE Lima Tahun Terakhir
Di tengah itu semua, ujar dia, para pengembang disarankan fokus pada segmen strategis yang mencakup, pertama, apartemen siap huni.
Pengembang dapat memanfaatkan permintaan tinggi untuk unit siap huni yang menunjukkan tingkat serapan lebih tinggi dibandingkan unit yang masih dalam konstruksi.
Kedua, segmen harga terjangkau. Unit dengan harga di bawah Rp2 miliar didukung oleh pembebasan PPN, menjadikannya pasar yang menarik bagi pembeli yang sensitif terhadap harga.