Okupansi Mal di Jakarta Sentuh 73,8 Persen

Riset konsultan properti Colliers Indonesia menyebutkan, pada kuartal pertama 2025, okupansi mal di Jakarta bertengger di angka 73,8 persen./foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id- Riset konsultan properti Colliers Indonesia menyebutkan, pada kuartal pertama 2025, tingkat hunian rata-rata atau okupansi mal di Jakarta bertengger di angka 73,8 persen.

Sebaliknya, mengutip riset Colliers Indonesia, okupansi mal di sekitar Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) berada di level 70,7 persen.

Bacaan Lainnya

Riset Colliers Indonesia menyebutkan minat pengecer terhadap gerai baru mempertahankan okupansi mal.

“Alih-alih melakukan ekspansi agresif, sebagian besar pengecer saat ini memprioritaskan pengoptimalan kinerja gerai yang sudah ada,” dilansir riset tersebut.

Baca juga: Kawan Lama Group Pertebal Barisan Living World

Akibatnya, tingkat okupansi di Jakarta dan sekitarnya hanya menunjukkan sedikit peningkatan secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ) pada 2025 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024.

Ruang tersedia di mal yang baru dibuka juga berkontribusi pada pertumbuhan okupansi kecil di Jakarta dan sekitarnya pada awal 2025.

Berdasarkan kelas mal, tingkat hunian rata-rata pusat perbelanjaan terus menunjukkan perbedaan yang mencolok di antara kelas mal.

Di Jakarta, mal kelas premium dan menengah atas mencatat tingkat hunian rata-rata masing-masing sebesar 86 persen dan 88 persen sepanjang tiga bulan pertama 2025.

“Mal-mal ini cenderung menarik pembeli dengan daya beli yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan pengeluaran diskresioner yang lebih besar,” papar Colliers Indonesia.

Riset itu menyebutkan, kapasitas belanja ini mendukung kinerja mal kelas atas yang stabil, sehingga memungkinkan mereka mempertahankan tingkat hunian yang sehat.

Baca juga: Summarecon Mall Bekasi Tahap II Siap Ramaikan Dunia Ritel dan Gaya Hidup Bekasi

Sebaliknya, mal kelas menengah hingga menengah bawah terus menghadapi tantangan, dengan tingkat hunian saat ini masing-masing sekitar 71 persen dan 50 persen.

Pengunjung di segmen ini cenderung lebih sensitif terhadap kenaikan biaya hidup dasar, yang dapat membatasi pengeluaran diskresioner.

Akibatnya, mereka dapat mengurangi atau menunda pembelian yang tidak penting, yang pada akhirnya memengaruhi kinerja penyewa dan tingkat hunian di mal-mal ini.

Kesenjangan kinerja serupa juga terlihat di antara mal-mal di Jabodetabek, di mana mal kelas menengah-atas mencatat tingkat hunian sekitar 84 persen per akhir Maret 2025.

Sementara itu, mal menengah dan menengah-bawah mencatat tingkat hunian masing-masing sekitar 70 persen dan 62 persen.

“Meskipun perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan segmen konsumen dan pola pengeluaran, masih ada ruang untuk perbaikan karena pemilik mal menerapkan strategi baru untuk memulihkan tingkat hunian,” dikutip dari riset Colliers Indonesia.

Pos terkait