Selain Mal Pondok Indah, Plaza Indonesia Juga Menggeliat

Pendapatan sewa pusat perbelanjaan PT Plaza Indonesia Realty Tbk tumbuh sekitar 3 persen pada kuartal pertama 2025 menjadi Rp120,02 miliar/foto: plazaindonesia.com

Sementara itu, jumlah aset PLIN bertumbuh dari Rp12,76 triliun pada akhir Desember 2024 menjadi Rp12,90 triliun pada akhir Maret 2025.

Demikian pula dengan liabilitas. Per akhir Maret 2025, liabilitas PLIN sebesar Rp1,42 triliun, sedangkan per akhir 2024 senilai Rp1,41 triliun.

Bacaan Lainnya

Hal serupa terjadi di sisi ekuitas. Bila per akhir 2024 senilai Rp11,34 triliun, kini, per akhir Maret 2025 sebesar Rp11,47 triliun.

 

Okupansi Mal

Sementara itu, riset konsultan properti Colliers Indonesia menyebutkan, pada kuartal pertama 2025, tingkat hunian rata-rata atau okupansi mal di Jakarta bertengger di angka 73,8 persen.

Baca juga: Bisnis Mal Moncer, Laba Bersih MKPI Tumbuh 20 Persen

Sebaliknya, mengutip riset Colliers Indonesia, okupansi mal di sekitar Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) berada di level 70,7 persen.

Riset Colliers Indonesia menyebutkan minat pengecer terhadap gerai baru mempertahankan okupansi mal.

“Alih-alih melakukan ekspansi agresif, sebagian besar pengecer saat ini memprioritaskan pengoptimalan kinerja gerai yang sudah ada,” dilansir riset tersebut.

Akibatnya, tingkat okupansi di Jakarta dan sekitarnya hanya menunjukkan sedikit peningkatan secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ) pada 2025 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024.

Ruang tersedia di mal yang baru dibuka juga berkontribusi pada pertumbuhan okupansi kecil di Jakarta dan sekitarnya pada awal 2025.

Berdasarkan kelas mal, tingkat hunian rata-rata pusat perbelanjaan terus menunjukkan perbedaan yang mencolok di antara kelas mal.

Baca juga: Pemilik Plaza Indonesia Raup Laba Bersih Rp997,54 Miliar

Di Jakarta, mal kelas premium dan menengah atas mencatat tingkat hunian rata-rata masing-masing sebesar 86 persen dan 88 persen sepanjang tiga bulan pertama 2025.

“Mal-mal ini cenderung menarik pembeli dengan daya beli yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan pengeluaran diskresioner yang lebih besar,” papar Colliers Indonesia.

 

 

(*)

Pos terkait