Landbank.co.id
Beranda Nasional Mengenal Pendekatan 5D untuk Membangun Kota Layak Huni dan Berkelanjutan

Mengenal Pendekatan 5D untuk Membangun Kota Layak Huni dan Berkelanjutan

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono dalam orasi ilmiah di Undip, Semarang menjelaskan bahwa masa depan Asia adalah perkotaan/foto: undip.ac.id

Jakarta, landbank.co.id– Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono dalam orasi ilmiahnya berjudul “Kota Masa Depan di Indonesia dan Asia: Membangun Kota Layak Huni dan Berkelanjutan” (Future Cities in Indonesia and Asia: Developing Livable and Sustainable Cities) menjelaskan bahwa masa depan Asia adalah perkotaan.

Bambang Susantono mengatakan, kota-kota di Asia berkembang pesat karena dorongan peluang ekonomi dan sosial.

Namun, kata Bambang Susantono, pertumbuhan kota yang demikian pesat tersebut juga menimbulkan tantangan dan permasalahan, seperti peningkatan kesenjangan ekonomi, berkurangnya kohesi sosial, dan degradasi lingkungan serta meningkatnya risiko bencana.

Selain itu, tambahnya, pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan baru bagi kota-kota di Asia. Pandemi juga mengekspos dua tantangan penting terkait bentuk perkotaan, kepadatan, dan perlindungan sosial.

Oleh karena itu, menurut Bambang, diperlukan penerapan kebijakan secara konsisten, agar tercapai mobilitas yang lebih aman, ramah lingkungan dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dengan kondisi tersebut, Bambang menawarkan pemikiran tentang kota masa depan yang layak huni dan berkelanjutan.

“Saya menawarkan ‘Pendekatan 5D’ yang dapat dipertimbangkan untuk menelaah ulang kondisi perkotaan,” tutur Bambang dalam orasi ilmiah pemberian gelar Profesor Kehormatan (Honoris Causa) Bidang Keahlian Kota Layak Huni dan Berkelanjutan (Livable and Sustainable) dari Universitas Diponegoro (Undip), di Gedung Prof. Soedarto, SH, UNDIP, Semarang, Sabtu, 9 Desember 2023.

Adapun “Pendekatan 5D” terdiri lima “D” yakni Design, Density, Diversity, Digitalization, dan Decarbonization.

Baca Juga:  Target Investasi di IKN Tahun Ini Rp100 Triliun

Pertama, desain spasial perlu ditinjau ulang agar lebih terdesentralisasi dan lebih mampu mengatasi berbagai guncangan, termasuk ekonomi, finansial, kesehatan, dan perubahan iklim.

Kedua, pengalaman saat pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa kepadatan dapat membawa kerugian sekaligus keuntungan.

“Pandemi terbukti cepat menyebar di kawasan yang padat. Di saat yang sama, kawasan yang padat mendukung terjadinya perputaran ekonomi saat adanya karantina wilayah,” kata Bambang dikutip undip.ac.id.

Ketiga, jelas dia, terkait keragaman (Diversity), pandemi menyadarkan pentingnya kemudahan akses ke layanan dasar bagi seluruh warga kota tanpa terkecuali, termasuk pekerja informal dan kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, lansia, dan anak-anak.

Keempat, kehidupan digital adalah keniscayaan sebagai bentuk the new normal.

“Digitalisasi membuka peluang bagi usaha mikro dan kecil, mendorong otomasisasi yang humanis, dan memberi metode alternatif bagi masyarakat dalam mengonsumsi barang dan jasa,” jelasnya.

Halaman: 1 2

Iklan