Jakarta, landbank.co.id– Pembangunan dan penjualan properti residensial primer memiliki sejumlah faktor yang mengganjal.
Temuan Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (SHPR BI) triwulan I/2025 memerlihatkan bahwa harga bahan bangunan menjadi penghambat yang dominan.
“Berdasarkan hasil survei, sejumlah faktor masih menjadi penghambat pengembangan dan penjualan properti residensial primer, seperti kenaikan harga bahan bangunan sebesar 19,87 persen,” dilansir SHPR BI.
Faktor lain yang menghambat pengembangan dan penjualan residensial, masih mengutip SHPR BI, suku bunga KPR (15,30 persen) dan masalah perizinan (14,79 persen).
Selain itu, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (11,17 persen) dan perpajakan (9,02 persen).
Khusus mengenai harga bahan bangunan, sekalipun masih dominan, bila dibandingkan dengan SHPR BI triwulan I/2024, prosentasenya turun drastis.
Baca juga: Porsi Pembelian Rumah Secara Tunai Membesar
Mengutip SHPR BI triwulan I/2024, pada tiga bulan pertama pertama 2024, berdasarkan informasi dari responden, faktor utama yang mendorong peningkatan penjualan adalah pembukaan proyek baru yang berhasil menarik minat konsumen.
“Namun demikian, masih terdapat sejumlah faktor yang menghambat pengembangan maupun penjualan properti residensial primer antara lain kenaikan harga bahan bangunan sebesar 37,55 persen,” dilansir SHPR BI kuartal pertama 2024.
Penjualan Rumah
Sementara itu, penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan pertama 2025 secara tahunan menunjukkan perbaikan.
Pada tiga bulan pertama 2025, penjualan properti residensial mencatat pertumbuhan sebesar 0,73 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 15,09 persen (yoy).
Baca juga: Pengembang Getol Merangsek Rumah Menengah, Prospek 2025
Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penjualan rumah tipe kecil yang tercatat tumbuh sebesar 21,75 persen (yoy), setelah terkontraksi sebesar 23,70 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, penjualan rumah tipe menengah dan besar mengalami penurunan pada triwulan I/2025 dan tercatat kontraksi masing-masing sebesar 35,76 persen (yoy) dan 11,69 persen (yoy).
Secara triwulanan, penjualan rumah pada triwulan I/2025 juga menunjukkan peningkatan. Penjualan rumah primer pada triwulan I/2-25 tumbuh sebesar 33,92 persen (quarter to quarter/qtq), setelah terkontraksi sebesar 6,62 persen (qtoq) pada triwulan sebelumnya.
Peningkatan penjualan tersebut terutama didorong oleh kenaikan penjualan rumah kecil, dari kontraksi 11,94 persen (qtq) menjadi tumbuh positif sebesar 83,97 persen (qtq).
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, hasil SHPR IB mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan I 2025 tumbuh terbatas.
“Hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan I 2025 yang tumbuh sebesar 1,07 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2024 sebesar 1,39 persen (yoy),” kata dia dilansir laman Bank Indonesia.
Perkembangan harga properti tersebut, kata dia, dipengaruhi oleh penjualan unit properti residensial di pasar primer pada triwulan I 2025 yang meningkat, terutama rumah tipe kecil, di tengah penurunan penjualan rumah tipe menengah dan besar.
“Secara keseluruhan, penjualan unit properti residensial tercatat tumbuh sebesar 0,73 persen (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar 15,09 persen (yoy),” jelas Ramdan.
Baca juga: Penjualan Semen SMGR Turun, Kuartal Pertama 2025
Sementara itu, konsumen menyukai dana dari perbankan dalam wujud kredit pemilikan rumah (KPR) ketika membeli properti residensial primer.
Porsi pemanfaatan KPR masih lebih besar dibandingkan dengan skema tunai dan tunai bertahap.
Pada triwulan I/2025, pemanfaatan skema KPR sebesar 70,68 persen, sedangkan pada triwulan sama tahun 2024, porsinya 72,54 persen.
“Dari sisi konsumen, sebagian besar pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 70,68% dari total pembiayaan,” kata Ramdan.
Baca juga: Pengembang Properti Kian Suka Pakai Dana Sendiri
Sekalipun demikian, terjadi tren peningkatan pembelian rumah secara tunai dalam rentang waktu 2021-2025.
Hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (SHPR BI) triwulan I/2025 memerlihatkan, porsi pembelian secara tunai mencapai sebesar 9,79 persen.
Angka itu membesar bila disandingkan dengan pembelian secara tunai triwulan IV/2024 yang sebesar 8,72 persen.
(*)