Jakarta, landbank.co.id– Bisnis sewa perkantoran PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) terus melenggang sepanjang Januari-Maret 2025 disandingkan dengan periode sama 2024.
Mengutip laporan keuangan PT Roda Vivatex Tbk, per akhir Maret 2025, emiten berkode saham RDTX ini membukukan pendapatan Rp140,40 miliar atau tumbuh sekitar 10 persen dibandingkan periode sama 2024 yang senilai Rp126,88 miliar.
“Pasar perkantoran pada 2025 akan mengalami potensi pertumbuhan, dengan meningkatnya permintaan. Untuk itu perseroan memenuhi berbagai kebutuhan penyewa,” dilansir Annual Report Perseroan 2024.
Di tengah potensi itu, manajemen Perseroan berharap tetap adaptif dan responsif terhadap dinamika pasar guna mengoptimalkan posisi ditengah persaingan yang semakin ketat ini.
Di sisi lain meningkatnya pendapatan ikut memengaruhi perolehan laba bersih PT Roda Vivatex Tbk pada kuartal pertama 2025.
Pada tiga bulan pertama 2025, laba bersih RDTX tercatat sebesar Rp83,99 miliar atau tumbuh sekitar 33 persen dibandingkan kuartal pertama 2024 yang senilai Rp63,36 miliar.
Baca juga: Perkantoran Jakarta, Leads Property: Harga Kantor Naik Tipis
Sementara itu, per akhir Maret 2025, aset RDTX tercatat Rp3,48 triliun, naik dibandingkan per akhir Desember 2024 yang senilai Rp3,44 triliun.
Sebaliknya, liabilitas RDTX terlihat menurun, yakni dari Rp408,17 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp378,75 miliar pada triwulan pertama 2025.
Mirip dengan aset, ekuitas RDTX juga meningkat, yakni menjadi Rp3,10 triliun pada kuartal pertama 2025 dari semula akhir 2024 yang sebesar Rp3,03 triliun.
Potensi 2025
Menurut manajemen RDTX, tantangan bisnis perkantoran sewa yang dihadapi adalah persaingan ketat dan biaya investasi awal yang besar.
“Perseroan merumuskan sejumlah strategi antara lain menyediakan co-working space yang berkerja sama dengan Go-Work,” ujar manajemen RDTX .
Baca juga: Agung Podomoro Land Catat Lonjakan Penjualan Perkantoran
Menurut manajemen RDTX, investasi awal bisa lebih rendah yang dikeluarkan calon penyewa bila mengambil ruangan dengan perabot yang tersedia dibanding dengan membuat ruangan baru dan membelian perabot baru.
Bisnis sewa kantor RDTX bermula pada 2002. Ketika itu, Perseroan melebarkan bisnisnya di bidang properti melalui anak usaha, PT Chitatex Peni dengan membangun gedung perkantoran yang dikenal bernama Menara Mandiri Inhealth (dahulu Menara Bank Danamon) di kawasan Mega Kuningan – Jakarta Selatan. Gedung ini sepenuhnya disewakan kepada para penyewa.
Pada 2007, Perseroan membangun gedung Menara RDTX Square (dahulu Menara Standard Chartered} yang berlokasi di Karet Semanggi – Jakarta Selatan.
Lalu, pada 2012 Perseroan membangun Gedung PHE di kawasan Simatupang, Jakarta Selatan. Kedua gedung tersebut seluruhnya disewakan.
Pada 2017, anak usaha RDTX, yakni PT Chitaland Perkasa mulai membangun gedung perkantoran yang bernama RDTX PLACE berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio Karet Kuningan – Jakarta Selatan. Pembangunan gedung ini telah selesai pada tahun 2020.
Kepercayaan Penyewa
Sementara itu, konsultan properti, PT Leads Property Services Indonesia (Leads Property) menilai bahwa saat ini, pasar perkantoran di Jakarta sangat bergantung pada kepercayaan penyewa.
Baca juga: Ciputra Kantongi Rp412,31 Miliar dari Bisnis Perkantoran
Leads Property juga menyatakan bahwa tren pergerakan pasar perkantoran ke arah gedung yang berkualitas semakin terasa di Jakarta.
Di sisi lain, dalam catatan Leads Property, pasar perkantoran di pusat kawasan bisnis (central business district/CBD) Jakarta tidak mencatat adanya penyelesaian proyek baru pada kuartal I/2025 sehingga total stok tetap tidak berubah di angka 7,45 juta meter persegi (m2).
“Hal ini menandai titik balik setelah bertahun-tahun ekspansi secara cepat,” ujar Martin Samuel Hutapea, associate director Research & Consultancy Department Leads Property dalam risetnya Selasa, 6 Mei 2025.
Sub-pasar seperti Jenderal Sudirman dan SCBD mempertahankan dominasinya, secara bersama-sama menyumbang hampir 40 persen dari total pasokan tersebut.
Baca juga: Leads Property: Pasokan Perkantoran di Luar CBD Jakarta Stabil
Lalu, kawasan Rasuna Said dan Gatot Subroto porsinya masing-masing sebesar 16 persen dan 15 persen.
“Absennya pasokan baru dalam waktu yang cukup lama menunjukkan bahwa pasar sedang beralih dari fase ekspansi menuju periode keseimbangan (equilibrium), dengan implikasi terhadap stabilitas harga sewa,” kata Martin.
Pasar perkantoran Jakarta CBD mempertahankan tren permintaan positif pada kuartal pertama 2025, meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berdampak meningkatkan kehati-hatian penyewa.
(*)