“Selain itu, kami juga akan mengoptimalkan program insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) yang masih berlaku sampai sekarang,” ujar Aditya dikutip dari Antara.
Dia menjelaskan, target itu ditetapkan di tengah tekanan suku bunga kredit pemilikan rRumah (KPR) yang meningkat dan belum adanya proyek perseroan yang akan berkontribusi.
Aditya mengatakan, tingginya rasio pinjaman terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) telah mempersempit ruang gerak perbankan dalam menyalurkan kredit properti, yang berdampak langsung terhadap daya beli konsumen.
Selain itu, proyek baru perseroan belum ada yang dapat langsung menghasilkan penjualan pada tahun berjalan 2025.
Seiring target tersebut, perseroan menargetkan pendapatan meningkat 5-10 persen year on year (yoy) pada tahun 2025, dengan laba bersih tumbuh berkisar 10-15 persen (yoy).
“Untuk pendapatan CTRA, sekitar 80 persen berasal dari pengembangan properti untuk dijual seperti rumah dan ruko, sedangkan 20 persen ialah pengelolaan properti komersial seperti mal, hotel, dan rumah sakit,” urai Aditya.
Baca juga: Pendapatan CTRA Tumbuh, Ini Kontributor Utamanya
Pada tiga bulan pertama 2025, perseroan membukukan marketing sales sebesar Rp3,15 triliun, atau mencapai 29 persen dari target sepanjang tahun 2025.
Namun, capaian tersebut menurun 5 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp3,32 triliun, seiring adanya proyek baru pada tahun lalu dan bersamaan dengan bulan Ramadhan pada kuartal I-2025.
Sepanjang Januari-Maret 2025, perseroan mencatatkan pendapatan senilai Rp2,73 triliun, atau meningkat 17,9 persen (yoyz0 dari sebelumnya Rp2,31 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Laba bersih Ciputra naik 36,6 persen (yoy) menjadi senilai Rp660,40 miliar pada tiga bulan pertama 2025 dibandingkan dengan periode sama tahun 2024.
(*)