Site icon Landbank.co.id

Sektor Properti Masih Aman, Knight Frank: Tapi Waspada

Knight Frank menilai sektor properti perlu tetap waspada karena cukup sensitif terhadap fluktuasi suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi/foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id– Sektor properti Indonesia secara umum dinilai masih relatif aman dari dampak perang tarif yang digulirkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap sejumlah negara di dunia.

“Sektor properti Indonesia secara umum diperkirakan relatif masih aman dari dampak langsung tarif Trump, meskipun efek domino kebijakan tersebut diperkirakan memengaruhi pasar properti dalam kurun waktu tertentu sampai pasar menemukan titik keseimbangan baru,” tutur Willson Kalip, country head Knight Frank Indonesia dikutip Kamis, 1 Mei 2025.

Sekalipun demikian, Willson Kalip menegaskan bahwa di tengah ketidakstabilan pasar saat ini, pemantauan situasi secara seksama dan kesiapan mitigasi menghadapi gejolak beberapa bulan ke depan menjadi krusial.

Pengumuman kebijakan tarif AS terhadap 160 negara di dunia, belum lama ini, juga berlaku bagi negara-negara di Asia, seperti Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Baca juga: Knight Frank Indonesia: Ekspatriat Tenant Utama Apartemen Sewa

Berdasarkan pandangan dari Knight Frank Global, pada tataran regional, dampak eskalasi perang dagang melalui penetapan tarif ini diperkirakan mengubah alur supply chain, untuk itu occupiers di sektor industri dan logistik berada dalam kewaspadaan, dan perlu mempertimbangkan strategi baru.

Sementara itu, beberapa negara Asia, seperti India, Indonesia dan Filipina yang pertumbuhan ekonomi dimotori pasar domestik hanya sedikit tertahan saja, namun dampak dari penetapan tarif resiprokal AS ini diprediksi berdampak cukup tajam di Asia Pasifik.

Seperti diberitakan, kebijakan tarif yang diberlakukan untuk Indonesia yaitu 32 persen. Hal ini secara tidak langsung akan memengaruhi sektor properti Indonesia.

Mengingat, pasar properti Indonesia saat ini didominasi oleh pasar domestik, sementara itu aliran investasi asing di sektor properti didominasi oleh negara-negara Asia.

Meski demikian, sektor properti perlu tetap waspada, hal ini karena sektor properti cukup sensitif terhadap fluktuasi suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, untuk sektor properti pada segmen high-end diprediksi akan cukup terdampak karena material konstruksinya di antaranya berasal dari impor. Namun, justru ini menjadi peluang untuk mencari material konstruksi pengganti dari industri lokal.

Baca juga: Properti Perkantoran Terus Melenggang di Tengah Perang Dagang

Berikut ini di antara tantangan dan peluang yang diperkirakan akan dihadapi oleh sektor properti dari penetapan kebijakan tarif AS menurut Knight Frank Indonesia;

 

Tantangan:

Pasar yang Melemah: Tarif diperkirakan melemahkan transaksi pasar pada kurun waktu tertentu, sebagai bentuk adaptasi konsumen untuk menahan/membatasi transaksi di tengah ketidakpastian global.

Selain itu, pelemahan pasar juga diprediksi akan terjadi karena pelemahan yang terjadi di sektor manufaktur dan perdagangan.

Peningkatan Harga: Potensi melemahnya rupiah, yang dipicu oleh kenaikan tarif, dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi untuk bahan bangunan impor, yang berpotensi meningkatkan harga properti, terutama di segmen kelas menengah ke atas.

Persaingan Regional: Indonesia menghadapi persaingan ketat dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand dalam upaya menarik relokasi industri dari AS dan Tiongkok.

 

Peluang:

Pertumbuhan Industri dan Pergudangan: Potensi relokasi industri dari AS dan Tiongkok menghadirkan peluang, terutama di sektor properti industri dan pergudangan. Daerah seperti Greater Jakarta (Karawang, Bekasi, Cibitung, Marunda), Subang, Batang, Gresik dan Sidoarjo mengalami peningkatan minat sejak tahun lalu. Bahkan, wilayah Greater Jakarta mencatat serapan lahan industri 313 ha, atau tumbuh 22 persen (yoy) pada akhir tahun 2024.

Destinasi Investasi yang Menarik: Pasar domestik Indonesia yang besar, reformasi regulasi, dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan menjadikan posisi Indonesia menjadi tujuan investasi yang menarik.

Baca juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani: Kebijakan Tarif Timbal Balik AS Picu Persaingan Global

Diversifikasi Pasar Ekspor: Penetapan kebijakan tarif, menjadikan Indonesia perlu beradaptasi dengan membuka peluang terhadap diversifikasi pasar ekspor lebih luas lagi, misal upaya peningkatan ekspor ke kawasan Uni Eropa, Asia, Timur Tengah, Australia dan kawasan lainnya.

Pemerintah perlu waspada terhadap tantangan yang dihadapi, sambil mempersiapkan instrumen untuk mewujudkan peluang yang terbuka. Iklim investasi dan perizinan usaha perlu menjadi perhatian, sehingga tidak menjadi hambatan dalam upaya percepatan relokasi industri.

“Relokasi bisnis ke Indonesia diperkirakan meningkat bertahap pada 2025-2026, didukung oleh langkah pemerintah dalam meningkatkan daya saing investasi dan kesiapan kawasan industri baru,” kata Willson.

 

Dampak Perkantoran

Sementara itu, bisnis properti perkantoran alias gedung perkantoran di Jakarta diprediksi terus melenggang di tengah perang dagang.

Perang tarif yang digulirkan Donald Trump terhadap banyak negara, termasuk China dan Indonesia, belum berdampak secara langsung terhadap properti perkantoran.

“Kami memerkirakan pasar perkantoran belum terdampak secara langsung karena lebih terkait pada arus perdagangan akibat tarif ekspor naik,” ujar Ferry Salanto, head of Research Colliers Indonesia, belum lama ini.

Baca juga: Knight Frank: Okupansi Perkantoran Jakarta 76,46 Persen

Dia menerangkan, perusahaan dengan bisnis yang terkait langsung dengan dunia perdagangan internasional, akan mengkaji ulang struktur perusahaan, termasuk kebutuhan ruang kantor di masa yang akan datang.

“Diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi kerja sama dan perjanjian dagang baru, untuk menarik minat investor asing berekspansi ke Indonesia, dan selanjutnya akan mendorong permintaan ruang kantor jangka Panjang,” ujar Ferry Salanto.

 

(*)

Exit mobile version