Jakarta, landbank.co.id– Memiliki persediaan lahan (land bank) yang cukup menjadi urat nadi bagi para pelaku bisnis properti.
Berbekal land bank yang cukup, para developer bisa merancang proyek dan strategi sehingga mampu berkompetisi.
Tentu, land bank saja tidak cukup, perlu kejelian dan kemampuan menganalisis kebutuhan pasar sehingga produk yang dikembangkan dapat memincut hati konsumen.
Salah satu pengembang yang memiliki cadangan lahan untuk mendukung kiprah bisnisnya adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Pada 2024, emiten properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) berkode saham CTRA ini mengantongi land bank dari dua sumber, yakni milik sendiri dan hasil kerja sama operasi.
Mengutip data Perseroan, cadangan lahan terdiri atas pertama, land bank yang dimiliki langsung oleh CTRA (directly owned) sekitar 2.000 hektare (ha).
Baca juga: Begini Racikan Ciputra Mewujudkan Prapenjualan
Kedua, land bank untuk pengembangan proyek kerja sama operasi (KSO) sekitar 4.250 ha, dimana Cadangan lahan KSO ini tidak dimiliki Perseroan, melainkan oleh mitra KSO.
Pastinya, Perseroan berkomitmen untuk mempertahankan jumlah kecukupan lahan secara optimal untuk menjaga keberlanjutan jangka panjang.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri sehubungan dengan ketersediaan lahan yang memiliki keterbatasan dan tidak tergantikan.
“Untuk itu, Perseroan melakukan replenishing (membebaskan kembali lahan seluas lahan yang terjual) di proyek-proyek existing, di samping mencari lokasi baru yang strategis dengan melakukan ekspansi ke kota-kota besar di Indonesia melalui skema kerja sama operasi,” urai Candra Ciputra, direktur utama CTRA dilansir Annual Report Ciputra Development 2024.
Mengutip laporan keuangan Perseroan, konsep operasi bersama atau joint operation (JO) yang diterapkan CTRA berbuah manis pada 2024.
Dari 49 joint operation, pada 2024, menyumbang sebesar Rp5,79 triliun atau sekitar 52 persen terhadap total pendapatan Ciputra Development yang sebesar Rp11,18 triliun.
Baca juga: Pendapatan CTRA Tumbuh, Ini Kontributor Utamanya
Pendapatan dari joint operation PT Ciputra Development Tbk tahun 2024 itu naik sekitar persen mengingat setahun sebelumnya masih di level Rp5,02 triliun.
Tak hanya menyumbang pendapatan, proyek-proyek JO itu juga punya andil terhadap raihan laba bersih CTRA.
Pada 2024, proyek JO menyumbang laba bersih sebesar Rp1,37 triliun atau naik sekitar 10 persen dibandingkan 2023 yang senilai Rp1,24 triliun.
Proyek JO berkontribusi sekitar 65 persen terhadap total laba bersih CTRA tahun 2024 yang menyentuh Rp2,12 triliun.
Prospek Bisnis 2025
Mengutip Annual Report Ciputra Development 2024, memasuki tahun 2025, Perseroan menyongsong dengan optimisme dan strategi pertumbuhan yang semakin terarah. Walaupun masih ada tantangan dalam ekonomi global, namun kondisi ekonomi Indonesia diprediksi akan terus membaik dengan pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen.
Baca juga: Laba CTRA Sentuh Level Tertinggi
Perseroan juga memproyeksikan bahwa tren pertumbuhan industri properti nasional akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya stabilitas makroekonomi domestik dan kepercayaan investor.
Data dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa sektor properti merupakan salah satu kontributor terbesar dalam struktur investasi nasional.
Optimisme tersebut diperkuat dengan tingginya permintaan, tingkat suku bunga yang cenderung stabil, dan insentif dari Pemerintah terkait kelanjutan program PPN DTP.
Berdasarkan pencapaian pre-sales tahun 2024 yang kuat, Perseroan menetapkan target sebesar Rp11,0 triliun untuk pre-sales tahun 2025.
Strategi Perseroan akan tetap berfokus pada pemanfaatan diversifikasi geografis melalui bisnis model kerja sama operasi yang efektif untuk mengembangkan proyek-proyek di seluruh Indonesia.
Perseroan akan tetap berkonsentrasi pada produk perumahan segmen menengah atas dan segmen di atasnya serta pengguna akhir (end-user) sebagai pendorong utama. Inisiatif strategis ini akan memperkuat ketahanan Perseroan di tengah kondisi pasar yang terus berkembang. Selanjutnya, pre-sales diharapkan akan mendapatkan manfaat dari kelanjutan insentif PPN DTP.
Baca juga: Strategi Joint Operation Ciputra Berbuah Manis, Raih Rp5,79 Triliun
Untuk itu, Perseroan kembali menerapkan strategi percepatan konstruksi untuk meningkatkan pasokan (supply) yang memenuhi kriteria dan menargetkan pre-sales senilai minimum Rp2,0 triliun dari tambahan unit ini.
(*)