Jakarta, landbank.co.id- Di tengah derasnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali, nanajemen Sanggraloka Ubud menargetkan tingkat hunian (okupansi) rata-rata berkisar 65-70 persen menjelang tutup tahun 2025.
Sejak soft opening pada Oktober 2025, Sanggraloka Ubud mencatat performa awal yang kuat dengan okupansi rata-rata direntang 58-62 persen.
Upaya Sanggraloka Ubud meningkatkan okupansi pada akhir tahun itu bukan melalui diskon agresif, melainkan lewat strategi yang memperkaya pengalaman tamu dengan program wellness di pertengahan pekan.
Tak kalah istimewa, jelas manajemen resor itu bahwa para tamu bisa langsung turun ke Sungai Oos untuk melukat (pembersihan diri secara spiritual khas Bali), mengikuti sesi yoga, meditasi dan terapi sound bath, atau sekadar bermain air di air terjun.
Selain itu, rangkaian farm-to-table dinner serta aktivitas romantis juga disiapkan untuk mendorong tamu memperpanjang lama menginap.
Preferensi ini juga tercermin dalam dinamika pasar pariwisata nasional dan regional, yang menunjukkan peningkatan minat terhadap destinasi yang menawarkan ketenangan, kedekatan dengan alam, dan pengalaman yang autentik.
Baca juga: Bali Masuk 10 Besar Pulau Terbaik Dunia
Menurut manajemen Sanggraloka Ubud, mengutip laporan Booking Sustainable Travel Resort 2024, semakin banyak wisatawan global yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan, memilih perjalanan yang lebih dekat dengan alam, serta mencari pengalaman yang autentik dan berdampak positif bagi komunitas lokal, termasuk di segmen luxury traveler.
Tren global juga memperkuat arah ini yang menunjukkan bahwa Asia sebagai tujuan utama retreat dan perjalanan pemulihan diri.
Kombinasi tren ini menjadikan Sanggraloka Ubud berada pada posisi strategis sebagai destinasi yang selaras dengan preferensi wisatawan yang semakin mencari pengalaman eco-luxury dan wellness retreat berbasis budaya.
Sejalan dengan fokus pemerintah dalam memperkuat wellness dan cultural tourism sebagai diferensiasi Indonesia di pasar global, Sanggraloka berada pada jalur pertumbuhan yang konsisten dengan arah industri dan kebutuhan wisatawan modern.
Baca juga: Bisnis Hotel Punya Andil dalam Pariwisata Berkelanjutan
Perubahan lanskap permintaan ini tidak hanya tercermin pada pola okupansi, tetapi juga pada cara Sanggraloka membangun nilai komersial melalui pengalaman yang melampaui akomodasi semata.
Pendapatan nonkamar juga menunjukkan struktur yang berbeda dari resort premium kebanyakan, dengan 34–38 persen revenue datang dari wellness, kuliner, dan event boutique, mulai dari sesi sound healing di tepi sungai, kelas memasak dari hasil kebun organik, hingga pernikahan intim di Anandam Chapel.
Pada semester pertama 2026, Sanggraloka menargetkan seperempat total pendapatannya berasal dari wellness dan event melalui paket terkurasi dan kolaborasi dengan operator retreat global serta spesialis micro-wedding.





