Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap China dan menekan biaya, sejumlah perusahaan secara aktif mempertimbangkan untuk merelokasikan fasilitas produksi mereka ke negara-negara yang lebih efisien secara biaya dan netral terhadap tarif.
“Vietnam, Thailand, dan Indonesia muncul sebagai kandidat utama dalam lanskap relokasi yang terus berkembang ini,” dilansir riset Colliers Indonesia.
Butuh Dukungan
Dampak tidak langsung dari pergeseran manufaktur ini sudah mulai dirasakan di pasar properti industri Indonesia. Potensi relokasi dan ekspansi bisnis yang terus berkembang mendorong meningkatnya permintaan terhadap lahan industri, ruang pabrik, dan gudang. Jika tren ini berlanjut, harga lahan industri diperkirakan akan terus meningkat, terutama di kawasan strategis dengan pasokan yang terbatas.
Untuk dapat bersaing secara efektif dan memanfaatkan peluang yang muncul dari penataan ulang rantai pasok global, Indonesia harus melakukan reformasi struktural secara menyeluruh.
Baca juga: Ini Tiga Penyerap Lahan Industri Puradelta Lestari Terkini
“Penyederhanaan prosedur perizinan, percepatan pembangunan infrastruktur, serta pemberian insentif yang lebih kompetitif merupakan prasyarat penting untuk memperkuat daya saing kawasan industri nasional di tengah meningkatnya persaingan regional,” dilansir riset Colliers Indonesia.
Sementara itu, Knight Frank dalam laporan bertajuk Horizon Report, From Whiplash to Resilience: Corporate Real Estate in the New World Order, memerkirakan bahwa permintaan manufaktur dan logistik di Indonesia dan Vietnam tumbuh hingga 20 persen selama tiga tahun ke depan.
Pemicu permintaan manufaktur dan logistik ini, jelas Knight Frank, disebabkan karena perusahaan/industri semakin memprioritaskan pembangunan rantai pasokan regional yang tangguh daripada sekadar bereaksi terhadap fluktuasi tarif jangka pendek.
“Di tengah tantangan ketidapastian global, Indonesia dapat menangkap peluang relokasi industri, baik dari Amerika Serikat maupun China,” ujar Willson Kalip, country Head Knight Frank Indonesia dalam keterangan tertulis kepada landbank.co.id, Senin, 2 Juni 2025.
Baca juga: Porsi Kawasan Industri Intiland Kian Menonjol
Menurut dia, setidaknya keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia di tengah kompetisi regional adalah pasar domestik yang besar, pengembangan infrastruktur yang terus berlanjut, dan ketersediaan sumber daya alam.
“Namun, keunggulan tersebut perlu didukung dengan iklim investasi yang kondusif dari Pemerintah, baik berupa dukungan kebijakan maupun upaya menciptakan harmonisasi dengan masyarakat sekitar lokasi industri,” kata Willson.
(*)