Jakarta, landbank.co.id– Porsi kawasan industri terhadap total pendapatan PT Intiland Development Tbk (DILD) tampak menonjol pada kuartal pertama 2025.
Laporan keuangan PT Intiland Development Tbk memerlihatkan, pada tiga bulan pertama 2025, emiten berkode saham DILD ini mengantongi Rp271,89 miliar dari kawasan industri.
Pemasukan dari kawasan industri PT Intiland Development Tbk itu mencakup penjualan Rp244,05 miliar dan pendapatan usaha pengelolaan Rp27,84 miliar.
Lini kawasan industri menyumbang sekitar 42 persen terhadap total pendapatan DILD triwulan I/2025 yang sebesar Rp640,76 miliar.
Sebaliknya, sepanjang tiga bulan pertama 2024, pendapatan DILD dari kawasan industri sebesar Rp284,58 miliar atau setara sekitar 40 dari total pendapatan Intiland per akhir Maret 2024 senilai Rp710,86 miliar.
Kawasan industri menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi Intiland pada 2024.
Baca juga: Lima Tahun Terakhir, Kawasan Industri Intiland Kian Kinclong
Indikasi itu dapat terlihat dari tren lima tahun terakhir yang berhasil ditorehkan oleh Intiland, yakni dalam rentang 2020-2024.
Sumber pemasukan dari segmen kawasan industri Intiland mencakup penjualan lahan dan pendapatan usaha, yakni pengelolaan kawasan, pengelolaan limbah, dan penyewaan fasilitas pergudangan.
Dalam rentang 2020-2024, kawasan industri menunjukan tren pertumbuhan cukup signifikan. Sempat turun pada 2022 dan 2023, kondisi berbalik pada 2024.
Tahun 2024, kawasan industri menyetor pemasukan Rp744,23 miliar dengan komposisi utama dari penjualan lahan Rp638,34 miliar dan pendapatan usaha Rp105,88 miliar.
Torehan pada 2024 menjadi puncak dalam rentang lima tahun terakhir. Maklum, pada 2020, pemasukan dari kawasan industri masih di angka Rp115,11 miliar.
Bahkan, torehan kawasan industri Intiland tahun 2024 jauh melampaui raihan sebelum terjadinya pandemi Covid-19, mengingat pada 2019 baru mengantongi Rp136,31 miliar.
Baca juga: Ini Kawasan Industri yang Potensial untuk Relokasi Pabrik China
“Di tengah kondisi pasar properti yang masih penuh tantangan pada 2024, kami mencermati adanya tren meningkatnya permintaan terhadap lahan industri. Gejala ini terjadi seiring pertumbuhan investasi di sektor manufaktur dan logistik, termasuk kebutuhan relokasi pabrik-pabrik ke dalam kawasan industri,” tutur Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, belum lama ini.
Saat ini, Intiland mengandalkan dua kawasan industri strategis dan kawasan pergudangan.
Ketiga proyek itu mencakup Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto, Jawa Timur dan Batang Industrial Park (BIP) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Selain itu, pergudangan Aeropolis Technopark, Tangerang, Banten.