Produk saniter di pasar ekspor juga mengalami hal serupa, mengingat pada akhir 2023 nilainya masih di level Rp310,28 miliar.
“Penjualan ekspor terbesar Perseroan adalah ke negara Jepang, Amerika Serikat, dan China. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China sampai saat ini belum berdampak pada ekspor Perseroan karena Amerika Serikat menunda kenaikan tarif impor. Tetapi skandal properti di China tahun 2021 menyebabkan krisis properti yang memengaruhi ekspor ke negara tersebut,” kata Hanafi Atmadiredja.
Di sisi lain, laba bruto TOTO tercatat Rp576 miliar pada 2024 atau meningkat12,85 persen, dibandingkan setahun sebelumnya.
Lalu, TOTO membungkus laba usaha Rp365 miliar alias meningkat 25,02 persen dibandingkan dengan tahun 2023.
Sekalipun pendapatan naik sekitar 9 persen, raihan laba bersih TOTO pada 2024 meningkat lebih besar.
Bila pada 2023 laba bersih TOTO sebesar Rp242,41 miliar, setahun kemudian melejit sekitar 30 persen menjadi Rp314,63 miliar.
Baca juga: Mayoritas Produk TOTO Diserap Pasar Domestik
“Kenaikan laba Perseroan adalah karena efisiensi beban produksi pabrik, bukan karena menurunkan kualitas produk. Kualitas produk tetap sesuai standar TOTO,” tutur Hanafi Atmadiredja.
Saat ini, TOTO memiliki tiga pabrik yang terletak di Serpong, Cikupa, dan Pasar Kemis, Tangerang, Banten.
Pabrik produk saniter pertama TOTO mulai beroperasi pada 1978 dengan 65 orang tenaga kerja. Lalu, Seiring berkembangnya Perseroan dan guna menunjang usaha produk saniter ini, pada tahun 1985 dibangunlah pabrik fitting (produk-produk saniter, seperti keran air, shower, dan lain sebagainya).
Pabrik ini juga terus dikembangkan dengan berbagai fasilitas penyempurnaan, termasuk mesin pengecor kuningan dan mesin injeksi plastik.
Saat ini, pemegang saham Surya Toto Indonesia mencakup Toto Ltd sebesar 37,90 persen, PT Multifortuna Asindo 29,39 persen, PT Suryapramitra Abadi 24,95 persen, dan masyarakat 7,76 persen.
(*)