Jakarta, landbank.co.id– PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia dikenal memiliki sumber pendapatan utama dari bisnis properti komersial, termasuk pusat perbelanjaan (mal) dan bisnis hotel.
Maklum, pada 2024, porsi kedua lini bisnis itu setara dengan sekitar 82 persen terhadap total pendapatan PT Indonesian Paradise Property Tbk tahun 2024.
Di luar kedua lini bisnis tersebut, PT Indonesian Paradise Property Tbk punya sumber pendapatan ketiga, yakni dari penjualan properti.
Tahun 2024, sumbangan penjualan properti terhadap emiten berkode saham INPP ini sekitar 18 persen terhadap total pendapatan.
Pada 2024, total pendapatan Paradise Indonesia sekitar Rp1,31 triliun, sedangkan sumbangan dari penjualan properti sebesar Rp232,06 miliar.
Penjualan properti Paradise Indonesia tahun 2024 tercatat meningkat sekitar 36 persen bila disandingkan dengan raihan setahun sebelumnya.
Baca juga: INPP Anggarkan Capex Rp1 Triliun
Bila pada 2023 masih di level Rp169,80 miliar, setahun kemudian menanjak ke posisi Rp232,06 miliar.
Pertumbuhan penjualan properti Paradise Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan total pendapatan Perseroan tahun 2024 yang sekitar 19 persen.
Pada 2024, total pendapatan INPP tercatat sebesar Rp1,30 triliun, sedangkan setahun sebelumnya masih di posisi Rp1,10 triliun.
Sementara itu, sepanjang Januari-Maret 2025, Paradise Indonesia berhasil mempertahankan kinerja positif dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 9,1 persen (year on year/YoY) menjadi Rp286,4 miliar.
Dari total pendapatan, penjualan properti menyumbang sekitar Rp24,85 miliar, lebih rendah dibandingkan per akhir Maret 2024 yang masih sebesar Rp30,23 miliar.
Lalu, laba bersih INPP melonjak 185,5 persen YoY menjadi Rp382,4 miliar—didorong oleh keuntungan investasi dari kepemilikan saham atas aset investasi Perseroan.
Baca juga: Dua Proyek Ini Diyakini Bikin Paradise Indonesia Ngacir Pada 2025
Untuk tahun 2025, Perseroan menargetkan pertumbuhan dua digit dan berencana melanjutkan pengembangan proyek-proyek di lokasi strategis.
Dalam menopang pencapaian target, INPP mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp1 triliun pada 2025.
Capex INPP itu dialokasikan untuk ekspansi sejumlah proyek, yakni pengembangan 23 Semarang, Antasari Place Tahap 2, serta proyek di Balikpapan dan Makassar.
Chief Executive Officer (CEO) Paradise Indonesia, Anthony P. Susilo mengatakan, Paradise Indonesia akan secara terus mengembangkan properti-properti mixed used untuk meningkatkan kinerja berkelanjutan INPP.
“Dengan harapan dapat mencapai target pendapatan berulang yang lebih tinggi pada tahun 2025,” ujar Anthony dalam keterangannya, belum lama ini.
Proyek Apartemen
Penjualan properti INPP tidak bisa dilepaskan dari sejumlah proyek apartemen yang terletak di beberapa lokasi di Indonesia.
Baca juga: Paradise Indonesia Punya Dua Booster Pendapatan 2025
Mengutip Annual Report Perseroan Tahun 2024, proyek apartemen INPP mencakup pertama, One Residence Batam Center.
Proyek yang berlokasi strategis di Jalan Engku Putri, Batam Center ini berkapasitas 331 unit.
Kedua, proyek beachwalk Residence. Apartemen eksklusif dan mewah di Kuta, Bali berkapasitas 36 unt ini terintegrasi langsung dengan beachwalk Shopping Center dan menawarkan akses langsung ke pantai.
Ketiga, 31 Sudirman Suites dengan kapasitas 231 unit di jantung CBD Makassar, Sulawesi Selatan dekat dengan mall, restoran, dan Pantai Losari.
Keempat, proyek Antasari Place sebuah hunian modern dengan ruang hijau yang luas yang berlokasi strategis
di persimpangan Jalan Pangeran Antasari dan TB Simatupang, Jakarta dengan kapasitas 716 unit.
Baca juga: Indonesian Paradise Property Tebar Dividen Rp67 Miliar
Per akhir Maret 2025, pemegang saham INPP terdiri atas Standard Chartered Bank SG S/A VP Bank A/C PT Grahatama Kreasibaru sebesar 37,00 persen, Standard Chartered Bank SG S/A VP Bank A/C Tree of Belessing PTe Ltd 28,15 persen, PT Propertindo Prima Investama 10,00 persen, dan Elysium Investment Partner Ltd 8,00 persen.
Selain itu, CGS International Securities Singapore Pte Ltd 7,96 persen, Patrick Santosa Rendradjaja (direktur INPP) 0,04 persen, Karel Patipeilohy (komisaris INPP) 0,01 persen, dan masyarakat 8,84 persen.
(*)