Infrastruktur dan Perumahan Topang Kinerja SMBR

Pertumbuhan demand di Sumbagsel terjadi karena dampak dari program pemerintah yang masih berjalan terutama program infrastruktur dan perumahan/foto: capture smbr

Jakarta, landbank.co.id– Volume penjualan produsen semen, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) sepanjang semester pertama 2025 tumbuh 21 persen dibandingkan periode yang sama 2024.

Bahkan, laba bersih PT Semen Baturaja Tbk yang mengusung kode saham SMBR di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu melejit 952 persen.

Bacaan Lainnya

Menurut Rahmat Hidayat, direktur Keuangan & SDM SMBR, torehan pada semester pertama 2025 itu merupakan dampak posisif terintegrasinya SMBR dengan  PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) atau SIG selaku holding.

“Dari sisi internal SMBR sendiri berhasil atau berupaya menekan biaya produksi (beroperasional dengan harga pokok yang terbaik yang paling efisien),” ujar dia dikutip Minggu, 5 Oktober 2025.

Pernyataan Rahmat yang dikutip dari paparan publik itu juga menjelaskan, pihaknya mengoptimalkan jalur distribusi (distibusi produk SMBR untuk Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung).

Selain itu, tambah dia, pihaknya melakukan konsolidasi pasar dengan seluruh sumber(sourcing) yang ada di SIG.

Baca juga: Program Tiga Juta Rumah akan Bantu Atasi Oversupply Semen

Menurut Rahmat, dari sisi sinergi dengan holding, adanya peningkatan volume artinya meningkatkan skala ekonomis bagi SMBR sendiri, dalam kaitan dengan rantai pasok SIG yang tersebar dari Aceh sampai Papua dan khusunya Sumatera Selatan ini memberikan akses pasar yang lebih baik tentunya bagi SMBR yang menguasai daerah Sumatera Bagian Selatan(Sumbagsel).

“Kedua hal inilah yang menjadi faktor kunci yang paling dominan,” terang Rahmat.

 

Infrastruktur dan Perumahan

Sementara itu, Suherman Yahya, direktur utama SMBR, mengatakan bahwa mengutip data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), secara nasional, industri semen sampai dengan saat ini mengalami kelebihan pasokan (oversupply).

Bahkan, kata dia, diproyeksikan sampai dengan tahun 2030 akan mungkin tetap terjadi oversupply.

“Namun, kita bisa lihat bahwa kondisi SMBR terutama di pasar Sumatera Bagian Selatan dari sisi demand masih tetap tumbuh walaupun secara demand nasional mengalami kontraksi sebesar dua persen,” papar Suherman.

Baca juga: Melirik Bata Interlock Presisi SIG untuk Rumah Ramah Lingkungan

Dia menjelaskan, pertumbuhan demand di Sumbagsel merupakan salah satu dampak dari program pemerintah yang masih berjalan terutama di wilayah pasar SMBR yaitu Sumbagsel baik program infrastruktur dan perumahan.

Pos terkait