Jakarta, landbank.co.id– DAMAC Digital membeli lahan seluas 50 ribu meter persegi (m2) atau 5 hektare di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Pembelian lahan perusahaan infrastruktur digital global, DAMAC Digital itu difasilitasi oleh JLL Indonesia.
Lahan itu akan dimanfaatkan untuk membangun pusat data (data center) milik DAMAC Digital.
Akusisi lahan ini menandai total investasi sebesar US$2,3 miliar atau sekitar Rp36,8 triliun (kurs Rp16 ribu per dolar Amerika Serikat).
Kelak, proyek ini dilengkapi dengan rack AI berdensitas tinggi dengan kapasitas proyeksi melebihi 144MW, menjadikannya salah satu pusat data AI khusus terbesar di Indonesia.
“Transaksi ini menandakan peran Indonesia yang semakin penting dalam lanskap infrastruktur digital,” kata Farazia Basarah, Country Head & Head of Industrial and Logistics, JLL Indonesia dikutip Rabu, 23 Juli 2025.
Baca juga: Penggunaan BIM Sangat Vital untuk Proyek Data Center
Dia menambahkan, seiring dengan tumbuhnya permintaan komputasi AI di kawasan Asia Tenggara, Jakarta tengah menempatkan diri sebagai hub yang strategis untuk pusat data generasi mendatang.
“Kami dapat menggunakan pemahaman pasar dan pendekatan layanan terintegrasi kami untuk membantu DAMAC Digital memperoleh lokasi strategis yang akan mendukung perjalanan transformasi digital Indonesia,” tutur Farazia.
Fase pertama untuk pembangunan direncanakan selesai pada kuartal ketiga 2026, hal ini akan menambah jejak DAMAC Digital di Asia Tenggara, yang telah mencakup operasi di Thailand dan Malaysia.
Perusahaan menargetkan kapasitas operasional lebih dari 300MW pada tahun 2026.
Baca juga: Kota Deltamas Alokasikan 300 Hektare untuk Kawasan Data Center Park
JLL bekerja sama secara kolaboratif untuk mengidentifikasi dan memperoleh lokasi ideal yang memenuhi spesifikasi teknis dan tujuan strategis DAMAC Digital.
Transaksi ini tidak hanya memperkuat posisi JLL di garis depan sektor infrastruktur digital Indonesia yang berkembang pesat, tetapi juga mencerminkan dukungan kami terhadap transformasi digital nasional.
Melalui keahlian mendalam di pasar lokal, jaringan yang luas, dan pemahaman komprehensif tentang tren yang sedang berkembang, JLL terus menghubungkan klien global seperti DAMAC Digital dengan peluang strategis di lanskap pusat data yang dinamis di Indonesia.
Permintaan Tinggi
Terpisah, manajemen PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) meyakini bahwa pada permintaan lahan industri untuk bisnis pusat data (data center) masih cukup tinggi.
Pada 2024, permintaan itu tidak hanya datang dari perusahaan domestik, namun juga perusahaan data center bertaraf internasional yang berasal dari Singapura, Australia, Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Korea.
Isyarat masih tingginya permintaan lahan untuk data center tercermin dari raihan prapenjualan (marketing sales) PT Puradelta Lestari Tbk pada kuartal pertama 2025.
Baca juga: Permintaan Lahan untuk Data Center, Puradelta: Masih Tinggi
Hasil pencapaian prapenjualan Perseroan sepanjang tiga bulan pertama 2025, terutama berasal dari penjualan lahan industri.
“Pada kuartal pertama tahun 2025 ini Perseroan berhasil menjual 14,2 hektare lahan industrinya,” tutur Tondy Suwanto, direktur & sekretaris perusahaan PT Puradelta Lestari Tbk.
Pada kuartal pertama 2025, sektor data center masih menjadi mayoritas pada penjualan lahan industri Perseroan.
“Penjualan lahan industri pada awal tahun 2025 ini didominasi oleh sektor data center, yaitu sekitar 86 persen,” tutur Tondy Suwanto.
Tondy Suwanto menambahkan, masih ada permintaan lahan industri sekitar 80 hektare.
“Dengan adanya permintaan lahan industri yang cukup tinggi serta pencapaian awal tahun 2025 yang cukup baik, maka Perseroan optimistis dapat mencapai target prapenjualan tahun 2025 yaitu sebesar Rp1,81 triliun,” kata dia.
Baca juga: Seluas Ini Lahan Kawasan Industri yang Belum Dimanfaatkan
Terpisah, konsultan properti, Leads Property menilai bahwa industri data center, manufaktur alat tulis (stationary), logistik, dan consumer goods masih menjadi kontributor utama dalam permintaan pada kuartal pertama 2025.
“Investasi asing di Jakarta hingga Jawa Tengah cenderung didominasi oleh Singapura, Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang, dengan konsentrasi di sektor data center, otomotif, tekstil, dan manufaktur.
Sementara itu, investasi domestik lebih banyak berasal dari sektor manufaktur, logistik, dan consumer goods,” ujar Martin Samuel Hutapea, associate director Research & Consultancy Department Leads Property dalam kajian tertulisnya.
(*)