Jakarta, landbank.co.id– Leads Property Services Indonesia menyatakan bahwa tidak ada penambahan pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta pada kuartal IV/2023.
Karena itu, pasokan kumulatif ruang pusat perbelanjaan modern atau mal di Jakarta tercatat 3,47 juta meter persegi (m2) pada 2023.
Menurut Martin Samuel Hutapea, associate director Divisi Research & Consultancy Leads Property Services Indonesia ada beberapa faktor yang membuat lambannya pertumbuhan mal di Jakarta.
“Beberapa penyebabnya rendahnya pertumbuhan pasokan di Jakarta adalah moratorium sejak 2011 lalu,” kata Martin Samuel Hutapea dalam kajian tertulisnya yang dilihat landbank.co.id, Sabtu, 13 Januari 2024.
Penyebab lainnya, tambah dia, keterbatasan lahan dengan luas yang besar.
Selain itu, kata Martin, karena mahalnya nilai lahan komersial di Jakarta yang tidak begitu menarik bagi investor.
Namun, tutur dia, tahun ini akan terdapat beberapa pasokan baru dengan total luas ruang ritel 161.725 meter persegi.
Dalam kajian Leads Property, sekalipun pasokan melamban, tetap ada permintaan ruang ritel di Jakarta.
Martin mencontohkan, permintaan tetap pada pada kuartal IV/2023, yakni seluas 7.318 meter persegi. “Tetapi angka ini termasuk kecil untuk pasar ritel yang besar seperti di Jakarta. Tren permintaan kecenderungannya berasal dari replacement dari tenant sebelumnya yang sempat tutup karena tidak bisa bertahan hingga saat ini,” kata dia.
Namun, ujar Martin, ada beberapa retailer yang ekspansi tetapi tidak besar luasannya.
Terkait tipe tenant, jelasnya, masih didominasi oleh makanan-minuman, produk-produk busana dan Sepatu olah raga serta busana anakanak yang masih mampu melakukan ekspansi di tengah-tengah persaingan ritel.
Di sisi lain, papar Martin, tingkat hunian bergerak sedikit ke angka 90,4% atau meningkat sebesar 0,21 poin. Dengan kata lain, sektor ini berhasil mencapai angka sebelum pandemi yaitu di kisaran 90 persenan.
“Namun seiring dengan pasokan baru tahun 2024, Tingkat hunian diprediksikan tertekan bila pasokan baru tersebut benar- benar beroperasi,” jelasnya.
Sementara itu, harga sewa dasar hanya bergerak ke angka Rp 440.000 per meter persegi per bulan pada kuartal IV/2023 atau relatif stabil dari kuartal sebelumnya. Namun secara tahunan, angkanya sedikit meningkat sebesar 1,1 persen.
Secara spesifik, jelas Martin, harga sewa dasar di CBD mencapai Rp 578.500 per meter persegi per bulan dan untuk luar-CBD sebesar Rp 381.800 per meter persegi per bulan.
Menurut Martin, meskipun akan ada pemilu tahun 2024, diperkirakan sektor ritel tidak akan begitu terimbas karena lebih dipengaruhi oleh gaya hidup dan daya beli serta merupakan kebutuhan hidup manusia.
Mal konvensional akan tetap menjadi primadona bagi para retailer untuk ekspansi. Namun, diperkirakan tingkat hunian akan tertekan ke angka 88-89 persen karena adanya pasokan tambahan.
Harga sewa akan tetap kompetitif khususnya bagi mal- mal dengan tingkat kekosongan ruang yang tinggi. Namun, mal dengan tingkat hunian tinggi akan memiliki daya tawar yang kuat dan lebih berpotensi meningkatkan harga sewa.
“Secara paralel, tren perkembangan ritel akan bergeser ke Bodetabek untuk melayani penduduk di kawasan- kawasan perumahan atau township,” kata Martin.
(*)