Jakarta, landbank.co.id– Pertarungan memincut hati calon konsumen properti di kawasan Serpong, Tangerang, Banten cukup ketat.
Maklum, saat ini, para pemain papan atas bisnis properti tumpah ruah di kawasan tersebut.
Sebut saja misalnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan Paramount Land.
Khusus PT Summarecon Agung Tbk, emiten berkode saham SMRA ini merangsek lewat proyek kota mandiri (township) Summarecon Serpong.
Proyek yang dikembangkan sejak tahun 1993 itu awalnya berbekal luas lahan 375 hektare (ha). Belakangan bertambah dan terus menjadi andalan PT Summarecon Agung Tbk dalam mendulang pendapatan.
Mengutip data 10 tahun terakhir, yakni rentang 2015-2024, kontribusi Summarecon Serpong terhadap emiten berkode saham SMRA itu terlihat masih moncer.
Baca juga: Belajar dari Bisnis Mal Summarecon
Pada 2015, ketika proyek pengembangan kawasan SMRA baru ada tiga, kontribusi Summarecon Serpong terhadap total pendapatan SMRA masih bertengger di nomor dua.
Ketika itu, penyumbang terbesar masih dipegang oleh proyek pengembangan kawasan Summarecon Bekasi, Jawa Barat.
Tahun 2015, sumbangan Summarecon Bekasi setara 44,84 persen terhadap total pendapatan bisnis properti SMRA yang senilai Rp3,97 triliun, sedangkan Summarecon Serpong porsinya 40,05 persen.
Penyumbang ketiga terbesar dari sisi regional pemasukan SMRA pada 2015 adalah proyek Summarecon Kelapa Gading, Jakarta, proyek pertama milik pengembang yang berdiri pada 1975 ini.
Setelah tahun 2015, peran Summarecon Serpong terhadap pengumpulan pendapatan SMRA terus menempati posisi teratas, bahkan hingga 2024.
Kecuali pada 2023. Proyek Summarecon Bogor yang hadir sejak 2020, mengambil peran Summarecon Serpong dalam urusan menyetor pendapatan terbesar.
Baca juga: Summarecon Serpong Hadirkan Hunian Premium Rp 3,6 Miliar di Kawasan Tangerang
Tahun 2023, Summarecon Bogor tampil teratas dengan menyetor 34,33 persen terhadap total pendapatan bisnis properti SMRA yang kala itu sebesar Rp4,04 triliun.
Summarecon Serpong harus puas berada di urutan kedua terbesar dengan kontribusi sekitar 30,79 persen.
Namun, pada 2024, Summarecon Serpong kembali merebut tahta, menjadi penyumbang pendapatan terbesar dengan porsi 37,78 persen dari total pendapatan properti SMRA yang senilai Rp7,50 triliun.
Posisi kedua ditempati oleh Summarecon Bogor, yakni 22,59 persen, sedangkan posisi ketiga terbesar oleh Summarecon Bekasi sebanyak 18,21 persen.
Summarecon Serpong yang pada 2025 masih memiliki lahan tersedia untuk dibangun seluas 470 ha ini terus berbenah. Sejumlah proyek anyar terus dipersiapkan oleh manajemen SMRA.
Berbekal 470 ha lahan itu pengembangan Summarecon Serpong bisa mencapai lebih dari 10 tahun terhitung sejak saat ini.
Kini, pada 2025, dari 330 ha yang telah dibangun, terdapat lebih dari 12 ribu rumah yang telah dibangun di area proyek Summarecon Serpong.
Baca juga: Meneropong Rekam Jejak Dividen Summarecon
Tidak hanya rumah tapak, di proyek Summarecon Serpong juga telah dibangun lebih dari 6.000 unit apartemen, serta lebih dari 2.000 rumah toko (ruko).
Selain itu, sejumlah fasilitas telah tersedia mencakup Summarecon Mall Serpong, Scientia Square Park Building, Scientia Square Park, Scientia Business Park, The Springs Club, St. Carolus Hospital, dan Plaza Summarecon Serpong.
Belum lagi fasilitas lainnya yang dikembangkan oleh pihak ketiga, yakni Pradita University, Universitas Multimedia Nusantara, Gading Raya Golf Course & Club, dan hotel.
SMRA terus memperkuat kehadirannya di kawasan Tangerang, Banten. Selain Summarecon Serpong, terhitung sejak tahun 2024, SMRA menggulirkan proyek Summarecon Tangerang di atas lahan seluas 105 ha.
Lahan seluas itu, kata manajemen SMRA, bisa untuk pengembangan di atas 10 tahun.
Pada 2025, properti yang sudah dibangun adalah 300 rumah, sedangkan rencana pengembangan yang disiapkan adalah Summarecon Mall Tangerang dan area komersial.
(*)