Jakarta, landbank.co.id– Tren properti ramah lingkungan di Bali terus bergulir. Konsumen kian peduli akan pentingnya prinsip berkelanjutan.
Pengembang lokal di Bali mulai membaca tren wisatawan membeli vila hijau yang bebas banjir, terutama di area Bali Selatan setelah maraknya banjir belakangan.
Direktur Miraland Bali, I Wayan Sudarma sebagai salah satu pengembang lokal mengatakan pada 2024 lalu mereka berhasil menjual 23 unit vila di Kawasan Pecatu dan seluruhnya terjual dalam 4 bulan.
Ia di Kabupaten Badung, Jumat, 21 Februari 2025, mengatakan bahwa salah satu alasan yang didapat dari pembelinya adalah keunggulan kawasan hijau dan bebas banjir.
Baca juga: Sah! Living World Grand Wisata Bekasi Dibuka Hari Ini 22 Februari 2025
“Kawasan hijau itu menjadi ciri khas tersendiri, karena para wisatawan saat ini sudah pintar-pintar, mereka ingin lingkungan yang hijau, banyak ruang halaman, jalannya lebar, drainase baik bebas banjir,” kata Sudarma dilansir Antara.
Karena itu, kata dia, kompleks Samani Villa Pecatu yang dibangun hingga tahap kedua menerapkan eco living dengan 30 persen kawasan hijau dan area menurun sehingga drainase yang baik akan memperlancar aliran air agar tidak terjadi banjir.
Pengembang lokal Bali ini menjelaskan sejak membaiknya ekonomi Pulau Dewata, tren kebutuhan akomodasi bagi wisatawan baik domestik maupun internasional meningkat, terutama di Bali Selatan.
Baca juga: Bali Jadi Incaran Pengembang Properti
Tak hanya hotel, vila sebagai akomodasi privat juga permintaannya melonjak, sebab wisatawan tak ingin lagi kesulitan memesan kamar saat musim liburan yang biasanya okupansi hotel di Kabupaten Badung di atas 90 persen.
“Kalau nginap di hotel juga harus berbagi misalnya kolam renang dan restoran, sedangkan vila semuanya privat hanya mereka dan keluarganya yang bisa menikmati, makanya kebutuhan vila terus meningkat,” kata Sudarma.
Memilih akomodasi privat mewah dan kawasan hijau akhirnya menjadi nilai tambah karena di masa mendatang para pembeli ini dapat menjual kembali propertinya dengan nilai lebih tinggi.
“Jadi wisatawan sekarang ingin membeli sebuah vila bukan hanya untuk rumah mewah, tetapi juga sebuah hunian yang nyaman dan mempunyai prospek ke depan karena nilai investasinya terus naik,” tutur dia.
Selain itu, Sudarma menilai, membangun kawasan hijau di Bali juga bagian dari komitmen pengembang lokal mendukung pemerintah daerah dalam menjaga lingkungan.
Baca juga: Properti Jabodetabek dan Bali Masih Potensial
Dia mencontohkan akomodasi privat yang dibangun Miraland, dimana di vila desain moderen tropis yang dibangun di Kawasan Pecatu itu sukses penjualannya hingga unitnya akan ditambah 10 lagi.
Tiap unit berlantai dua dengan sekitar tiga kamar dan kolam renang pribadi itu berhasil laku di kisaran harga Rp2 miliar, atau dapat disewa Rp357 juta per tahun.
Pembeli huniannya didominasi wisatawan domestik asal Jakarta dan Bandung, atau disewa wisatawan mancanegara, bahkan untuk memastikan siapa saja punya kesempatan memiliki hunian di kawasan hijau bebas banjir di daerah pariwisata ini ia membuka KPR.
(*)