Dia menjelaskan bahwa pariwisata tidak hanya bergantung pada infrastruktur besar seperti jalan, listrik, dan bandara, tapi pariwisata juga bergantung pada fasilitas publik dan pusat informasi.
“Kami menyadari pembangunan infrastruktur memiliki tantangannya sendiri, salah satunya melekat pada kondisi geografis Indonesia dengan begitu banyak daerah terpencil dan masih sulit diakses,” kata Menpar.
Tantangan selanjutnya ialah pembangunan infrastruktur yang masih berlapis dan saling bergantung. Menteri mencontohkan pembangunan sanitasi yang masih mengandalkan akses air bersih.
“Dan ini tetap menjadi tantangan di beberapa destinasi tertentu,” kata Menpar.
Kesiapan masyarakat dalam menjaga aset pembangunan serta pemahaman untuk mewujudkan destinasi wisata yang berkelanjutan juga menjadi tantangan dalam pembangunan infrastruktur pariwisata.
Menteri Widiyanti menjelaskan, infrastruktur akan memberikan dampak yang positif pada pertumbuhan ekonomi di suatu daerah apabila masyarakat lokal siap untuk memeliharanya.
Baca juga: Kunjungan Wisman Tumbuh Nyaris 8 Persen, Kuartal I/2025
Tantangan berikutnya adalah investasi. Banyak investor yang ragu berinvestasi dalam jangka panjang akibat kondisi iklim yang tidak menentu.
Sementara itu, Kemenpar menyampaikan bahwa kuartal I/2025, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik 7,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2024.
Menurut Menpar Widiyanti, pertumbuhan kunjungan wisman pada tiga bulan pertama 2025 memberikan optimisme bagi sektor pariwisata secara keseluruhan.
Pada 2025, Kemenpar menargetkan kunjungan wisman mencapai berkisar 14-16 juta turis, lebih tinggi dibandingkan 2024 yang sekitar 14 juta orang.
(*)