“Ini terjadi karena gangguan rantai pasokan global dan limpahan dari ekonomi yang terdampak langsung,” tutur Christine.
Laporan Knight Frank juga menyebutkan bahwa Indonesia dan India mempertahankan potensi pertumbuhan yang kuat.
Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan berkisar 15 persen hingga 20 persen dalam permintaan properti, khususnya terkait manufaktur, dipimpin oleh sektor elektronik, otomotif, dan logistik yang mencari fasilitas yang dibangun sesuai kebutuhan jangka panjang.
Sementara itu, pasar perkantoran India tetap kuat, menyumbang 47 persen dari aktivitas penyewaan regional pada 2024—naik dari 36 persen pada 2015—dengan rekor 6,68 juta meter persegi transaksi, didorong oleh perusahaan IT, Global Capability Centres, dan perusahaan multinasional yang tertarik oleh keunggulan talenta dan biaya.
Baca juga: Data Kawasan Industri Greater Jakarta, Kuartal I/2025
Vietnam tetap menjadi penerima manfaat utama dari diversifikasi ‘China+1’ tetapi juga termasuk yang paling terpapar tarif timbal balik AS.
Riset Knight Frank memproyeksikan peningkatan 15 hingga 20 persen dalam permintaan ruang manufaktur di Vietnam, mencerminkan minat berkelanjutan dari masyarakat internasional, terutama perusahaan e-commerce besar China yang mencari fasilitas logistik lebih dari 100.000 meter persegi.
(*)