Dar sisi nilai, penjualan rumah di Jabodebek-Banten pada kuartal kedua 2025 mengalami kenaikan sebesar 11,4 persen (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan tajam.
Nilai penjualan rumah pada kuartal kedua 2025 tercatat senilai Rp2,16 triliun, sedangkan kuartal pertama 2025 senilai Rp1,94 triliun.
Penjualan Wilayah
Kawasan Jabodebek-Banten versi IPW mencakup Jakarta, serta tiga kota di Jawa Barat, yaitu Bogor, Depok, dan Bekasi.
Selain itu, terdapat tiga kota di Provinsi Banten, yakni Tangerang, Cilegon, dan Serang.
Baca juga: Tangerang Menyerap 50 Persen Lebih Penjualan Rumah
Pada kuartal kedua 2025, sebagian besar wilayah tersebut mengalami kenaikan penjualan unit, kecuali Jakarta yang mengalami penurunan tertinggi yakni sebesar 20,9 persen.
Lalu, diikuti oleh Serang yang turun 5,3 persen, dan Bekasi yang masih turun tipis 1,2 persen.
Sementara itu, berdasarkan nilai penjualan, penurunan 11,3 persen terjadi di Jakarta, diikuti Depok yang turun 10,6 persen, dan Bekasi yang turun tipis 1,6 persen.
“Selain menurunnya jumlah unit terjual, penurunan nilai penjualan ini memperlihatkan pergeseran segmen pasar di wilayah masing-masing,” dilansir riset IPW.
Pasar segmen harga di atas Rp2 miliar masih mencatat pertumbuhan positif, yakni 7,8 persen (qtq), meskipun mulai
memperlihatkan pertumbuhan yang lebih landai dibandingkan segmen lainnya.
Baca juga: Omzet Penjualan Rumah Jabodebek-Banten Sentuh Rp1,94 Triliun
Komposisi penjualan unit di segmen ini juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 12,5 persen menjadi 11,8 persen.
IPW memprediksi, pasar menengah-bawah masih memperlihatkan pergerakan stagnan, cenderung menurun.
Sementara itu, di segmen-menengah masih menyisakan potensi permintaan yang cukup tinggi khususnya bagi para konsumen pengguna (end users).
“Perlu diperhatikan pengaruh pascaliburan yang membuat banyaknya pengeluaran konsumsi masyarakat yang cenderung akan memengaruhi daya beli pasar ke depan,” dilansir riset IPW.
Di segmen-atas meskipun pasar masih memiliki daya beli, namun sebagian besar akan menahan pembelian rumah sebagai investasi, menyusul dinamika politik dan ekonomi baik nasional maupun global yang masih belum menentu.
(*)