Jakarta, landbank.co.id– Pendapatan PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) sepanjang semester pertama 2025 dibandingkan dengan periode sama 2024 mencatat peningkatan.
Merujuk laporan keuangan PT Maha Properti Indonesia Tbk, emiten berkode saham MPRO ini membukukan pendapatan Rp2,05 miliar per akhir Juni 2025.
Sebaliknya, PT Maha Properti Indonesia Tbk baru membungkus pendapatan Rp905,23 juta pada rentang enam bulan pertama 2024.
Pendapatan MPRO pada semester pertama 2025 mencakup dari penjualan apartemen Rp1,33 miliar, service charge Rp656,97 juta, dan utilitas Rp64,04 juta.
Pada semester pertama 2025, rugi bersih MPRO menanjak, dari semula Rp17,36 miliar per akhir Juni 2024 menjadi Rp20,58 miliar.
Sementara itu, sepanjang semester pertama 2025, jumlah aset MPRO tercatat senilai Rp1,67 triliun, sedangkan pada akhir Desember 2024 sebesar Rp1,69 triliun.
Baca juga: Tarif Trump Picu Tekanan Ekonomi Global, Sektor Properti Indonesia Terdampak Tak Langsung
Per akhir Juni 2025, liabilitas MPRO terlihat meningkat menjadi Rp451,52 miliar dari semula Rp444,33 miliar pada akhir tahun 2024.
Sebaliknya, ekuitas MPRO terlihat turun tipis dari Rp1,24 triliun per akhir 2024 menjadi Rp1,22 triliun pada enam bulan pertama 2025.
Per akhir Juni 2025, pemegang saham MPRO terdiri atas Jonathan Tahir sebesar 34,22 persen, Dato Sri Tahir 21,24 persen, Jane Dewi Tahir 8,50 persen, Dewi Victoria Riady 8,50 persen, dan Grace Dewi Riady 8,50 persen.
Selain itu, masyarakat dalam bentuk warkat 4,24 persen dan masyarakat nonwarkat 14,79 persen.
Baca juga: Minahasa Membangun Hebat Incar Pertumbuhan Penjualan Rumah 48 Persen
Proyek MPRO
Kegiatan usaha utama MPRO, mengutip Annual Report Perseroan 2024, adalah pengembang, pembangunan properti, dan real estat.
Untuk mendukung kegiatan utama tersebut Perseroan memiliki tiga entitas anak yang seluruhnya berkegiatan utama di bidang properti.
Anak usaha itu adalah PT Trixindo Selaras yang sahamnya dimiliki Perseroan sebesar 99,99 persen, PT Creative Softhouse (99,99 persen), dan PT Bintang Dwi Lestari (52 persen).
Per akhir 2024, MPRO memiliki empat proyek yang mencakup The Kahyangan di Solo, Jawa Tengah (sudah beroperasi), Simprug Signature di Jakarta (praoperasi), Tanjung Layar Beachfront City di Makassar, Sulawesi Selatan (belum beroperasi), dan The Grand Maja di Maja, Banten (belum beroperasi).
Khusus untuk The Kahyangan, hingga akhir 2024, Perseroan mempunyai lahan seluas 69.082 m2 di Kawasan Solo Baru.
Kawasan Solo Baru adalah daerah pemukiman elit yang kini mulai berkembang ke arah pembangunan sarana prasarana modern seperti lifestyle mall, apartemen, dan hotel berbintang. Solo Baru termasuk di dalam Kabupaten Sukoharjo dan terletak di perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo.
Awalnya, daerah ini tak berbeda dengan kecamatan lain di Sukoharjo, lalu kemudian pengembang perumahan mulai melirik daerah ini dan membuatkan jalan dua arah yang cukup lebar sehingga memudahkan akses memasuki kawasan tersebut.
Perusahaan berencana mengembangkan kawasan super block yang lebih dikenal dengan nama The Kahyangan.
Baca juga: Mengintip Penjualan Properti Paradise Indonesia
Produk yang akan dikembangkan oleh Perusahaan di antaranya adalah satu apartemen, satu menara perkantoran (office building), dan fasilitas pendukung komplek.
Per akhir 2024, proyek yang telah selesai dan sedang berjalan adalah pembangunan Apartemen Apsara dan pembangunan office building.
Apartemen yang dibangun setinggi 32 lantai dan terdiri atas 448 unit, yang telah melewati tahap handover unit pada 22 Februari 2019.
Lalu, untuk office building, masih mengutip Annual Report Perseroan 2024, terdiri atas 20 lantai. Kawasan di sekitar kompleks The Kahyangan dikelilingi banyak fasilitas-fasilitas umum seperti hotel, mal, dan rumah sakit yang menjadikan lokasinya strategis.
(*)