Jakarta, landbank.co.id– Temuan Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (SHPR BI) memerlihatkan bahwa pemanfaatan dana internal perusahaan dalam membangun properti residensial kian membesar.
Pemanfaatan dana internal berbanding terbalik dengan pemanfaatan pembayaran dari konsumen yang porsinya terus menyusut.
Mengutip SHPR BI triwulan kedua 2025, porsi dana internal dalam membangun properti residensial pada triwulan itu menjadi yang tertinggi sepanjang 2021-2025.
“Dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 78,36 persen,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso dikutip dari laman Bank Indonesia, Minggu, 17 Agustus 2025.
Baca juga: Rekam Jejak Penjualan Tanah dan Bangunan BSDE, Lima Tahun Terakhir
Dalam SHPR BI triwulan II/2025 juga terlihat bahwa sumber pembiayaan lainnya yang digunakan pengembang untuk pembangunan rumah primer adalah dari pinjaman perbank sebesar 15,68 persen.
Selain itu, modal untuk pembangunan rumah bersumber dari pembayaran konsumen yang mencapai sebesar 5,96 persen.
Tren Lima Tahun
Porsi pemanfaatan dana internal yang sebesar 78,36 persen di atas menjadi yang tertinggi untuk periode triwulan kedua sepanjang 2021-2025.
Dalam rentang waktu tersebut terlihat adanya tren peningkatan pemanfaatan dana internal pengembang.
Baca juga: Developer Lebih Suka Pakai Dana Internal untuk Membangun Properti Residensial
Mengutip temuan SHPR BI, pada triwulan kedua 2021, porsi dana internal masih bercokol di level 66,45 persen.
Sempat turun menjadi 64,82 persen pada triwulan II/2022, pemanfaatan dana internal kembali membesar pada periode sama tahun 2023, yakni menjadi 72,80 persen.
Lalu, kian membesar pada periode yang sama 2024 dan 2025, yakni menjadi masing-masing 74,69 persen dan 78,36 persen.
Praktis, porsi dua sumber pendanaan pengembang lainnya, yakni pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen tergerus.
Dalam rentang 2021-2025, persisnya pada triwulan II/2021, pemanfaatan pinjaman perbankan masih sebesar 22,13 persen, namun pada periode sama 2025 terjun ke level 15,68 persen.
Hal serupa terjadi di lini pemanfaatan pembayaran dari konsumen, yaitu dari 9,12 persen menjadi 5,96 persen pada triwulan kedua 2025.
Khusus pemanfaatan pembayaran dari konsumen dalam membangun properti residensial, trennya terus menyusut sepanjang rentang 2021-2025.
Pada triwulan kedua 2021, porsi pembayaran dari konsumen masih sebesar 9,12 persen. Lalu, turun menjadi 9,07 persen pada 2022.
Baca juga: Mengintip Penjualan Rumah Ciputra, Raup Rp4,35 Triliun
Penurunan terus terjadi sepanjang 2023 hingga 2025, yakni menjadi 6 persen dan 5,9 persen.
Penjualan Rumah
Sementara itu, penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II/2025 secara tahunan menurun.
Merujuk temuan SHPR BI triwulan kedua 2025, penjualan properti residensial terkontraksi sebesar 3,80 persen (year on year/yoy), setelah tumbuh sebesar 0,73 persen (yoy) pada triwulan I/2025.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh penjualan rumah tipe kecil yang tumbuh 6,70 persen (yoy), melambat dari 23,75 prsen pada triwulan sebelumnya.
Baca juga: Penjualan Rumah di Jabodebek-Banten Sentuh Rp4,11 Triliun
Selain itu, masih mengutip data SHPR BI triwulan kedua 2025, penjualan rumah tipe besar terkontraksi 14,95 persen (yoy).
Di sisi lain, penjualan rumah tipe menengah terkontraksi sebesar 17,69 persen (yoy), meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya yang terkontraksi 35,76 persen (yoy).
“Secara keseluruhan, penjualan unit properti residensial di pasar primer tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,80 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,73 persen (yoy) pada triwulan I 2025,” jelas Ramdan Denny Prakoso.
Terpisah, sepanjang Kuartal II/2025, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) membukukan pendapatan usaha konsolidasian sebesar Rp6,39 triliun, terkoreksi 13,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan unit rumah, lot tanah dan strata title tetap menjadi sumber utama pendapatan, yakni Rp5,55 triliun atau 86,81 persen dari total pendapatan usaha.
Kontribusi lainnya berasal dari pendapatan sewa sebesar Rp498,82 miliar (7,81 persen) dan Pengelolaan gedung senilai Rp189,38 miliar (2,96 persen).
Baca juga: Pengembang Lebih Gemar Pakai Dana Internal
Laba usaha tercatat sebesar Rp1,81 triliun, sementara laba kotor mencapai Rp4,06 triliun, mengalami penyesuaian sebesar 16,55 persen dari Kuartal II/2024. Meski terjadi penurunan dari periode sebelumnya (Rp2,33 triliun), BSDE tetap berhasil mencetak laba bersih Rp1,29 triliun, mencerminkan fundamental bisnis yang tetap kokoh.
“Kinerja positif ini terutama ditopang oleh keberhasilan proyek-proyek residensial dan komersial kami yang terus menjadi motor utama pertumbuhan di Kuartal II – 2025,” kata Direktur BSDE Hermawan Wijaya.
(*)