Jakarta, landbank.co.id — PT Indonesia Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia terus memerkuat sumber pendapatan berulang (recurring income).
Dalam menguatkan recurring income, Paradise Indonesia tak semata bertumpu pada bisnis hotel dan pusat komersial, melainkan juga lewat apartment serviced.
Paradise Indonesia yang mengusung kode saham INPP di Bursa Efek Indonesia (BEI) berstrategi untuk mempertahankan catatan kinerja yang solid dengan mengokohkan komitmennya untuk menyelesaikan setiap proyek pembangunan tepat waktu.
INPP sebagai pengembang dengan portofolio properti ikonik memiliki rekam jejak yang cemerlang berkat keberhasilan Perseroan dalam mempertahankan momentum ekspansinya, didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan kepercayaan konsumen yang tinggi.
Salah satu langkah Paradise Indonesia dalam memperkuat recurring income adalah melalui penguatan segmen hospitality. Antasari Place, menjadi properti hospitality yang INPP targetkan rampung tahun ini, sekaligus menjadi portofolio ke-26 yang memperkuat portofolio Paradise Indonesia.
Antasari Place merupakan salah satu proyek yang diakuisisi Paradise Indonesia pada Juni tahun 2021, setelah tujuh tahun terbengkalai dari developer sebelumnya.
Baca juga: Mengintip Penjualan Properti Paradise Indonesia
Properti tersebut diambil alih untuk memenangkan para pelanggan yang hampir kehilangan aset jika pengadilan menyatakan putusan pailit dari pengembang sebelumnya. Dari akuisisi ini, Paradise Indonesia berhasil mengembangkannya menjadi komplek residensial yang dilengkapi dengan kawasan ritel.
“Saat ini, sekitar 85 persen dari proyek tersebut sudah terjual, lebih dari 600 unit dari total 714 yang tersedia. Proses serah terima (handover) unit kepada konsumen sudah berlangsung sejak Desember 2024,” terang manajemen INPP dikutip Kamis, 4 September 2025.
Proyek Antasari Place resmi beroperasi dan dihuni pada Maret tahun ini, serta dilengkapi dengan fasilitas ritel yang sudah dibuka pada Juni 2025, dan selanjutnya akan segera disusul dengan peresmian serviced apartment di bawah bendera Antasari Place Citadines.
Ekspansi Tahun Ini
Dikenal sebagai pengembang dengan recurring income yang kuat, Paradise Indonesia memiliki landasan bisnis yang terdiversifikasi.
Baca juga: Paradise Indonesia Raih Penjualan Properti Nyaris Rp328 Miliar
Portofolio Perusahaan mencakup 14 properti perhotelan dengan total delapan brand ternama seperti Sheraton Bali, Grand Hyatt, HARRIS Hotel, Hyatt Place, Yello, Aloft, Maison Aurelia, dan Pop Hotel.
Lalu, enam mal ikonik termasuk beach walk Shopping Center – Bali, Plaza Indonesia, fX Sudirman Shopping Center – Jakarta, 23 Paskal Shopping Center – Bandung, Park 23 Creative Hub, dan The Plaza.
Selain itu, enam proyek residensial meliputi Keraton, One Residence, Residence Beachwalk, fX Sudirman, 31 Sudirman, dan yang terbaru adalah Antasari Place.
Strategi inti Paradise Indonesia adalah menciptakan destinasi gaya hidup terpadu (mixed-use) yang menghubungkan sektor hospitality, ritel, dan hunian.
Pendekatan ini tidak hanya menawarkan kemudahan akses dan kenyamanan bagi pengunjung dan penghuni, tetapi juga menjadikan proyek-proyek mereka bagian unik dan khas di setiap kota.
Tahun ini, komitmen Paradise Indonesia diwujudkan melalui percepatan penyelesaian dua proyek strategis. Pertama, Antasari Place di Jakarta dan kedua, menyelesaikan proyek perluasan 23 Paskal Shopping Center di Bandung.
Baca juga: INPP Anggarkan Capex Rp1 Triliun
Ekspansi (extension) ini dilakukan sebagai respons terhadap tingginya permintaan dari tenant dan untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu destinasi belanja dan hiburan paling populer di kota Bandung. Proyek extension ini ditargetkan dapat beroperasi penuh pada paruh kedua tahun ini.
Mixed-Use Property
Strategi Paradise Indonesia menyasar segmen pasar kelas menengah atas (upper-middle class) melalui properti mixed-use yang ikonik sudah terbukti berhasil. Dengan ukuran proyek medium (mid size) namun memiliki daya tarik yang kuat, INPP berhasil mempertahankan pertumbuhan yang sehat selama beberapa tahun dengan ekspansi strategis pada berbagai lokasi baru.
Kinerja keuangan INPP mendukung kuat agenda ekspansi ini. Hingga kuartal kedua tahun ini, Paradise Indonesia membukukan kenaikan pendapatan sebesar 57 persen secara year-on-year menjadi Rp872,11 miliar. Lonjakan ini sebagian besar disumbang oleh penjualan unit di Antasari Place.
Laba bersih INPP juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 59 persen (year on year/yoy) menjadi Rp500,89 miliar.
Baca juga: Terapkan Strategi Ini, INPP Berharap Recurring Income Setor 70 Persen
Komitmen Paradise Indonesia untuk mempertahankan laju pertumbuhan tercermin dari target Perusahaan untuk konsisten menambah minimal dua properti baru setiap tahunnya.
“Untuk mempertahankan kinerja yang sehat, Paradise Indonesia juga berkomitmen untuk merampungkan proyek-proyek yang berjalan,” terang manajemen INPP.
Setelah Antasari Place dan 23 Paskal Extension, Paradise Indonesia telah menyiapkan 23 Semarang Shopping Center yang saat ini tengah dalam proses pembangunan dan ditargetkan akan selesai pada awal tahun depan.
Komitmen untuk menyelesaikan proyek sesuai janji ini adalah bentuk integritas dan tanggung jawab Paradise Indonesia kepada seluruh konsumen dan stakeholder.
Paradise Indonesia mengerti bahwa sebagai Perusahaan pengembang tidak hanya membangun properti, melainkan juga kepercayaan. Strategi jangka panjang yang Perusahaan tempuh adalah terus memperkuat recurring income dari lini bisnis perhotelan dan komersial, memastikan pertumbuhan Perusahaan yang berkelanjutan di masa depan melalui berbagai properti yang dimiliki.
Per akhir Juni 2025, pemegang saham INPP terdiri atas Standard Chartered Bank SG S/A VP Bank A/C PT Grahatama Kreasibaru sebesar 37,00 persen, Standard Chartered Bank SG S/A VP Bank A/C Tree of Blessing PTe Ltd 28,15 persen, PT Propertindo Prima Investama 10,00 persen, dan Elysium Investment Partner Ltd 8,00 persen.
Baca juga: Mengintip Penjualan Properti Paradise Indonesia
Selain itu, CGS International Securities Singapore Pte Ltd 7,96 persen, Patrick Santosa Rendradjaja (direktur INPP) 0,04 persen, Karel Patipeilohy (komisaris INPP) 0,01 persen, dan masyarakat 8,84 persen.
(*)