Jakarta, landbank.co.id– Cadangan lahan atau landbank PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) hingga semester pertama 2025 menyentuh lebih dari 4.380 hektare (ha).
Landbank PT Bumi Serpong Damai Tbk yang mengusung kode saham BSDE di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu setara sekitar Rp17,55 triliun.
Mengutip keterangan manajemen PT Bumi Serpong Damai Tbk, landbank yang dimiliki itu tersebar di berbagai lokasi strategis di Indonesia.
“Landbank ini menjadi aset penting dalam mendukung pertumbuhan jangka panjang BSDE,” urai manajemen BSDE dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu, 2 Agustus 2025.
Mengutip laporan keuangan Perseroan, per akhir Juni 2025, lahan yang belum dikembangkan atau landbank terluas milik BSDE terletak ada di BSD City yakni seluas 1.976 hektare (ha) senilai Rp7,78 triliun.
Lalu, lokasi kedua terluas ada di proyek Harvest City seluas 641 ha senilai Rp2,25 triliun.
Baca juga: Angin Segar Itu Bernama Perpanjangan PPN DTP Properti
Kemudian, ketiga terluas terletak di Grand Wisata, Bekasi seluas 468 ha senilai Rp763,22 miliar.
Proyek Harvest City merupakan bagian dari hasil akuisisi BSDE terhadap PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM).
“Setelah akuisisi SMDM, Perseroan berharap investasi itu berkontribusi positif dalam penambahan cadangan lahan guna pengembangan proyek jangka Panjang,” dilansir laporan keuangan BSDE periode semester pertama 2025.
Laba Turun
Sementara itu, BSDE yang merupakan pengembang kota mandiri terbesar di Indonesia melalui proyek unggulannya BSD City, mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp1,29 triliun pada kuartal kedua 2025.
Baca juga: BSDE Pecahkan Rekor Laba Bersih, Raih Rp4,35 Triliun
Di tengah tantangan ekonomi global dan regional, BSDE tetap mampu menjaga performa bisnis yang positif dan berkelanjutan.
“Pencapaian ini menunjukkan resiliensi BSDE dalam menghadapi berbagai dinamika ekonomi. Kami terus mengedepankan strategi pengembangan yang terukur dan adaptif,” ujar Hermawan Wijaya, direktur BSDE dikutip Sabtu, 2 Agustus 2025.
Sepanjang kuartal kedua 2025, BSDE membukukan pendapatan usaha konsolidasian sebesar Rp6,39 triliun, terkoreksi 13,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan unit rumah, lot tanah, dan strata title tetap menjadi sumber utama pendapatan, yakni Rp5,55 triliun atau 86,81 persen dari total pendapatan usaha.
Kontribusi lainnya berasal dari pendapatan sewa sebesar Rp498,82 miliar (7,81 persen) dan pengelolaan gedung senilai Rp189,38 miliar (2,96 persen).
Laba usaha tercatat sebesar Rp1,81 triliun, sementara laba kotor mencapai Rp4,06 triliun, mengalami penyesuaian sebesar 16,55 persen dari kuartal kedua 2024. Meski terjadi penurunan dari periode sebelumnya (Rp2,33 triliun), BSDE tetap berhasil mencetak laba bersih Rp1,29 triliun, mencerminkan fundamental bisnis yang tetap kokoh.
“Kinerja positif ini terutama ditopang oleh keberhasilan proyekproyek residensial dan komersial kami yang terus menjadi motor utama pertumbuhan di Kuartal II-2025,” tambah Hermawan.
Dari sisi neraca, BSDE mencatat penurunan jumlah liabilitas menjadi Rp25,90 triliun, berkurang Rp2,80 triliun dari akhir tahun lalu.
Baca juga: Bumi Serpong Damai Kian Kinclong dalam Fortune 500
Penguatan ini didorong oleh pelunasan utang jangka pendek dan panjang serta strategi optimalisasi pembiayaan.
Perbaikan struktur modal terlihat jelas pada rasio Debt-to-Equity (DER) yang turun menjadi 0,25x, mengindikasikan profil keuangan yang lebih sehat dan ruang ekspansi yang lebih luas.
“Dengan DER yang rendah, kami memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk melakukan ekspansi dan menjaga keberlanjutan proyek-proyek strategis kami,” jelas Hermawan.
Di sisi lain, BSDE menyambut positif kebijakan fiskal dan moneter terbaru dari pemerintah, termasuk penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dan perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) 100 persen hingga akhir 2025.
“Langkah ini menjadikan pembiayaan properti lebih terjangkau dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dampaknya sudah mulai terasa di pasar, khususnya untuk produk hunian siap huni,” ujar Hermawan.
“Kami yakin stimulus ini akan memperkuat permintaan dan berdampak langsung pada peningkatan volume penjualan di paruh kedua 2025,” tambah dia.
Baca juga: Setelah Dibeli BSDE, Begini Susunan Manajemen SMDM
Sebelumnya, isyarat perpanjangan insentif PPN DTP 100 persen bagi sektor properti hingga akhir 2025 kian menguat.
“Terkait dengan fasilitas PPN DTP untuk properti yang seharusnya semester dua sebesar 50 persen, tadi (kemarin) disepakati untuk tetap 100 persen. Jadi nanti teknis-teknis itu yang kita bahas detail,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada wartawan usai Rapat Koordinasi (Rakor) Tingkat Menteri terkait Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Semester II Tahun 2025 di Jakarta, baru-baru ini.
Insentif PPN DTP merupakan salah satu langkah strategis pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun 2025.
(*)