Sepanjang kuartal kedua 2025, BSDE membukukan pendapatan usaha konsolidasian sebesar Rp6,39 triliun, terkoreksi 13,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan unit rumah, lot tanah, dan strata title tetap menjadi sumber utama pendapatan, yakni Rp5,55 triliun atau 86,81 persen dari total pendapatan usaha.
Kontribusi lainnya berasal dari pendapatan sewa sebesar Rp498,82 miliar (7,81 persen) dan pengelolaan gedung senilai Rp189,38 miliar (2,96 persen).
Laba usaha tercatat sebesar Rp1,81 triliun, sementara laba kotor mencapai Rp4,06 triliun, mengalami penyesuaian sebesar 16,55 persen dari kuartal kedua 2024. Meski terjadi penurunan dari periode sebelumnya (Rp2,33 triliun), BSDE tetap berhasil mencetak laba bersih Rp1,29 triliun, mencerminkan fundamental bisnis yang tetap kokoh.
“Kinerja positif ini terutama ditopang oleh keberhasilan proyekproyek residensial dan komersial kami yang terus menjadi motor utama pertumbuhan di Kuartal II-2025,” tambah Hermawan.
Dari sisi neraca, BSDE mencatat penurunan jumlah liabilitas menjadi Rp25,90 triliun, berkurang Rp2,80 triliun dari akhir tahun lalu.
Baca juga: Bumi Serpong Damai Kian Kinclong dalam Fortune 500
Penguatan ini didorong oleh pelunasan utang jangka pendek dan panjang serta strategi optimalisasi pembiayaan.
Perbaikan struktur modal terlihat jelas pada rasio Debt-to-Equity (DER) yang turun menjadi 0,25x, mengindikasikan profil keuangan yang lebih sehat dan ruang ekspansi yang lebih luas.
“Dengan DER yang rendah, kami memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk melakukan ekspansi dan menjaga keberlanjutan proyek-proyek strategis kami,” jelas Hermawan.
Di sisi lain, BSDE menyambut positif kebijakan fiskal dan moneter terbaru dari pemerintah, termasuk penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dan perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) 100 persen hingga akhir 2025.
“Langkah ini menjadikan pembiayaan properti lebih terjangkau dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dampaknya sudah mulai terasa di pasar, khususnya untuk produk hunian siap huni,” ujar Hermawan.
“Kami yakin stimulus ini akan memperkuat permintaan dan berdampak langsung pada peningkatan volume penjualan di paruh kedua 2025,” tambah dia.
Baca juga: Setelah Dibeli BSDE, Begini Susunan Manajemen SMDM
Sebelumnya, isyarat perpanjangan insentif PPN DTP 100 persen bagi sektor properti hingga akhir 2025 kian menguat.
“Terkait dengan fasilitas PPN DTP untuk properti yang seharusnya semester dua sebesar 50 persen, tadi (kemarin) disepakati untuk tetap 100 persen. Jadi nanti teknis-teknis itu yang kita bahas detail,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada wartawan usai Rapat Koordinasi (Rakor) Tingkat Menteri terkait Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Semester II Tahun 2025 di Jakarta, baru-baru ini.
Insentif PPN DTP merupakan salah satu langkah strategis pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun 2025.
(*)