Site icon Landbank.co.id

Kota Wisata Punya Averon, Legenda Wisata Sediakan New Davinci

PT Duta Pertiwi Tbk yang merupakan bagian dari Sinar Mas Land (SML) mengembangkan klaster Averon di Kota Wisata sebanyak 119 unit/foto: SML

Jakarta, landbank.co.id– Para pencari rumah bisa singgah ke klaster Averon, Kota Wisata, Bogor, Jawa Barat.

Proyek besutan Sinar Mas Land (SML) ini terhubung langsung dengan tol Cimanggis-Cibitung lewat gerbang tol Nagrak yang berada persis di Kota Wisata.

Sinar Mas Land (SML mengemas klaster Averon dengan fasad American classic.

Menurut Liana Sari, head of Marketing Residential Region 2 Sinar Mas Land, saat ini, tren konsumen kearah fasad klasik.

“Saat ini, market arahnya ke klasik, bukan modern lagi. Averon juga memiliki smart home, termasuk disediakan solar panel,” ujar Liana kepada landbank.co.id, di Legenda Wisata, Bogor, Kamis, 8 Mei 2025.

Dia menerangkan, klaster Averon yang berdiri di atas lahan seluas 3 hektare itu akan diluncurkan pada Mei 2025 ini.

Baca juga: Prospek Properti 2025, Duta Pertiwi: Tahun Penuh Potensi

“Total ada 119 unit dengan harga mulai dari Rp3,3 miliar hingga Rp6,6 miliar per unit,” papar dia.

Untuk harga Rp3 miliar, jelasnya, memiliki luas bangunan (LB) 149 meter2, sedangkan LB 257 m2 dibanderol Rp6 miliar.

Bersebelahan dengan Kota Wisata, tambah Liana, pihaknya juga menyiapkan dua klaster anyar di Legenda Wisata.

“Kami menyiapkan dua klaster baru, salah satunya adalah New Davinci dengan harga Rp1,3 miliar per unit,” katanya.

Dia menambahkan, hunian New Davinci yang berkapasitas 13 unit, sekarang tersisa tiga rumah.

“Kami optimistis tahun ini semuanya terserap pasar,” urai Liana.

 

Masih Prospektif

Sementara itu, SML optimistis pasar properti Indonesia pada 2025 masih cukup prospektif.

SML memandang 2025 sebagai tahun yang penuh harapan, di mana permintaan properti baik untuk hunian maupun komersial akan kembali naik.

“Kami selalu optimistis setiap tahunnya melihat tantangan global. Kita tetap konsisten dan percaya fundamental di Indonesia tetap besar,” ujar Deputy Group CEO Strategic Development & Assets Sinar Mas Land, Herry Hendarta, belum lama ini.

Baca juga: Sah! Living World Grand Wisata Bekasi Dibuka Hari Ini 22 Februari 2025

“Kalau di Legenda Wisata, kami sedang membangun ruko T17 yang menghadap ke boulevard sebanyak 17 unit dengan harga Rp2 miliar. Kini, sisa 8 unit. Kami yakin hingga akhir tahun 2025 ini akan habis diserap pasar,” papar dia.

Selain itu, SML juga melihat peluang di sektor properti komersial, terutama dengan adanya transisi menuju model kerja hybrid, yang memungkinkan lebih banyak perusahaan untuk mencari ruang kantor fleksibel dan terjangkau.

Di sisi lain, sektor ritel juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Meskipun terdapat pergeseran menuju belanja online, pusat perbelanjaan yang menawarkan pengalaman lebih, seperti hiburan dan restoran, akan tetap menarik bagi konsumen.

Terpisah, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), salah satu bagian dari SML, memandang bahwa tahun 2025 penuh dengan potensi bagi bisnis properti di Indonesia.

“Tahun 2025 adalah tahun yang penuh potensi. Kami meyakini komitmen pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur takkan berhenti dan itu akan menjadi modal bagi industri dan sekaligus Perusahaan untuk bertumbuh,” ujar manajemen PT Duta Pertiwi Tbk dalam Annual Report Perseroan dikutip Minggu, 4 Mei 2025.

Baca juga: Ini Peluru Utama DUTI yang Memberi Rp2,89 Triliun

Pembangunan infrastruktur tersebut, jelas manajemen PT Duta Pertiwi Tbk akan memberikan efek bola salju yang positif bagi aktivitas bisnis dan peningkatan daya beli.

Emiten properti berkode saham DUTI ini meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditopang oleh investasi yang makin berdaya guna juga menjadi salah satu katalis properti, baik di segmen jual maupun sewa.

Aktivitas dan mobilitas bisnis yang makin tinggi menciptakan kebutuhan akan tempat pertemuan dan hotel.

“Meski demikian, kami pun menyadari ada berbagai tantangan yang harus dihadapi pada tahun 2025 ini,” papar manajemen DUTI.

Sejumlah faktor akan menjadi tantangan pada tahun-tahun ke depan, antara lain rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang meski ditunda, namun akan tetap memengaruhi sentimen masyarakat, risiko deflasi yang masih membayangi, serta perubahan gaya hidup masyarakat.

Lalu, suku bunga tinggi juga masih menjadi kendala, karena lebih dari 75 persen konsumen masih menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR).

 

(*)

Exit mobile version