Selain itu, SML juga melihat peluang di sektor properti komersial, terutama dengan adanya transisi menuju model kerja hybrid, yang memungkinkan lebih banyak perusahaan untuk mencari ruang kantor fleksibel dan terjangkau.
Di sisi lain, sektor ritel juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Meskipun terdapat pergeseran menuju belanja online, pusat perbelanjaan yang menawarkan pengalaman lebih, seperti hiburan dan restoran, akan tetap menarik bagi konsumen.
Terpisah, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), salah satu bagian dari SML, memandang bahwa tahun 2025 penuh dengan potensi bagi bisnis properti di Indonesia.
“Tahun 2025 adalah tahun yang penuh potensi. Kami meyakini komitmen pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur takkan berhenti dan itu akan menjadi modal bagi industri dan sekaligus Perusahaan untuk bertumbuh,” ujar manajemen PT Duta Pertiwi Tbk dalam Annual Report Perseroan dikutip Minggu, 4 Mei 2025.
Baca juga: Ini Peluru Utama DUTI yang Memberi Rp2,89 Triliun
Pembangunan infrastruktur tersebut, jelas manajemen PT Duta Pertiwi Tbk akan memberikan efek bola salju yang positif bagi aktivitas bisnis dan peningkatan daya beli.
Emiten properti berkode saham DUTI ini meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditopang oleh investasi yang makin berdaya guna juga menjadi salah satu katalis properti, baik di segmen jual maupun sewa.
Aktivitas dan mobilitas bisnis yang makin tinggi menciptakan kebutuhan akan tempat pertemuan dan hotel.
“Meski demikian, kami pun menyadari ada berbagai tantangan yang harus dihadapi pada tahun 2025 ini,” papar manajemen DUTI.
Sejumlah faktor akan menjadi tantangan pada tahun-tahun ke depan, antara lain rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang meski ditunda, namun akan tetap memengaruhi sentimen masyarakat, risiko deflasi yang masih membayangi, serta perubahan gaya hidup masyarakat.
Lalu, suku bunga tinggi juga masih menjadi kendala, karena lebih dari 75 persen konsumen masih menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR).
(*)