Jakarta, landbank.co.id– PT Intiland Development Tbk telah menyiapkan dana sebesar Rp250 miliar untuk membayar surat utang emiten berkode saham DILD itu.
“Kami sudah mencadangkan dana kas Perusahaan untuk melunasi pokok Sukuk ljarah Berkelanjutan I Intiland Development Tahap II Tahun 2022 yang akan jatuh tempo pada tanggal 25 Agustus 2025 sebesar Rp250 miliar,” jelas Archied Noto Pradono, direktur utama PT Intiland Development Tbk dikutip Selasa, 5 Agustus 2025.
Pada 2022, selain Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Intiland Development Tahap II sebesar Rp250 miliar, Perseroan juga menerbitkan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Intiland Development Tahap III sebesar Rp250 miliar yang dibagi menjadi 2 seri yaitu seri A dan seri B.
“Pada tahun 2024, Perseroan telah melunasi pokok Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Intiland Development Tahap III Seri A, senilai Rp125 miliar,” dilansir Annual Report Intiland Development 2024.
Sementara itu, Intiland mencatat pendapatan sebesar Rp1,21 triliun pada semester pertama 2025, lebih rendah dibandingkan dengan periode sama 2024 yang senilai Rp1,36 triliun.
Penyumbang terbesar terhadap pendapatan Perseroan datang dari penjualan kawasan industri, yakni Rp393,97 miliar atau setara sekitar 33 persen dari total pendapatan per akhir Juni 2025.
Baca juga: Penjualan Turun, Laba Bersih DILD Relatif Stabil
“Pencapaian ini menegaskan kawasan industri sebagai penopang penting kinerja keuangan sepanjang paruh pertama tahun ini,” ujar Archied.
Tidak hanya sebagai kontributor terbesar, penjualan kawasan industri juga mencatat pertumbuhan sekitar 3 persen bila disandingkan dengan per akhir Juni 2024 yang senilai Rp381,96 miliar.
Perseroan saat ini mengembangkan dua kawasan industri yakni Batang Industrial Park (BIP), di Batang Jawa Tengah dan Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto Jawa Timur. Selain kedua kawasan industry tersebut, Perseroan juga mengembangkan kawasan pergudangan Aeropolis Techno Park, di Aeropolis yang berlokasi di Tangerang.
Laba Anjlok
Bila penjualan kawasan industri bertumbuh, sebaliknya, penjualan perumahan Intiland justru anjlok sekitar 38 persen, yakni dari Rp373,19 miliar menjadi Rp231,05 miliar pada semester pertama 2025.
Baca juga: Intiland Punya Bos Baru, Ini Profil Singkatnya
Laba bersih Intiland anjlok dari Rp366,85 miliar pada paruh pertama 2024, menjadi Rp12,56 miliar pada enam bulan pertama 2025.
Di sisi lain, pada paruh pertama 2025, Intiland membukukan prapenjualan (marketing sales) sebesar Rp673,4 miliar atau tumbuh 29,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Pencapaian ini sebagian besar masih ditopang oleh penjualan segmen kawasan industri yang mencapai Rp447,4 miliar, atau setara dengan 66 persen dari keseluruhan.
Pencapaian ini meningkat 249,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp128,1 miliar.
Kontributor marketing sales berikutnya berasal dari segmen kawasan perumahan sebesar Rp133,8 miliar atau 20 persen dari keseluruhan. Perolehan marketing sales tersebut lebih rendah dibandingkan semester pertama tahun 2024 sebesar Rp290 miliar.
Segmen mixed-use & high rise membukukan marketing sales Rp92,2 miliar atau 14 persen dari keseluruhan, menurun dibandingkan semester I 2024 sebesar Rp101,3 miliar.
Sementara itu, jumlah aset Intiland Development per akhir Juni 2025 menyentuh sebesar Rp13,52 triliun, sedangkan per akhir Desember 2024 sekitar Rp13,70 triliun.
Liabilitas DILD turun dari Rp6,95 triliun per akhir 2024 menjadi Rp6,75 triliun pada semester pertama 2025.
Sebaliknya, ekuitas DILD bertumbuh menjadi Rp6,77 triliun per akhir Juni 2025, sedangkan akhir 2024 senilai Rp6,74 triliun.
Baca juga: Kawasan Industri Dorong Kinerja Intiland
Pemegang saham Intiland Development per akhir Juni 2025 mencakup CIMB Securities (Singapore) Pte. Ltd. sebesar 15,02 persen, PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia 14,52 persen, PT Bina Yatra Sentosa 11,97 persen, dan Bali Private Villa (S) Pte. Ltd. 7,49 persen.
Selain itu, Lo Kheng Hong sebanyak 6,62 persen, Utama Gondokusumo (wakil direktur utama) 1,48 persen, Sinarto Dharmawan (wakil komisaris utama) 0,64 persen, PT Graha Intan Mandiri (pihak berelasi) 0,01 persen, dan masyarakat 42,25 persen.
(*)