Jakarta, landbank.co.id– Colliers Indonesia menyatakan bahwa seiring dengan semakin kuat posisi Jakarta sebagai salah satu ekonomi digital dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, permintaan terhadap pusat data (data center) di area perkotaan terus meningkat.
Menyikapi momentum ini, tim Manajemen Proyek Colliers Indonesia menekankan pentingnya pelaksanaan Technical Due Diligence (TDD) secara menyeluruh guna mendukung keberhasilan pengembangan dan kinerja operasional jangka panjang.
“Membangun pusat data di lingkungan perkotaan merupakan investasi dengan risiko tinggi,” kata Rahmat Daresa Alam, head of Project Management Colliers Indonesia, dikutip Sabtu, 25 Oktober 2025.
“Memilih lokasi yang tepat bukan sekadar tugas teknis-melainkan keputusan strategis yang memengaruhi keandalan operasional dan hasil finansial,” tambah dia.
Baca juga: Iklim Investasi dan Insentif Tumbuhkan Industri Data Center
Dalam market insight terbaru Colliers Indonesia disebutkan bahwa tim Manajemen Proyek menjelaskan bagaimana Technical Due Diligence (TDD) dapat memberdayakan para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan yang lebih percaya diri dan berdasarkan informasi yang tepat saat memilih lokasi untuk fasilitas yang bersifat kritis seperti pusat data.
Kepadatan kota Jakarta menghadirkan tantangan tersendiri, termasuk risiko banjir, daya dukung tanah yang rendah, serta keterbatasan pasokan air-terutama untuk fasilitas berskala besar.
Faktor-faktor ini dapat berdampak signifikan terhadap belanja modal dan operasional jangka panjang. Tanpa penilaian lokasi yang tepat, pengembang berisiko menghadapi proyek yang mahal dan kegagalan teknis.
Technical Due Diligence (TDD) membantu mengurangi risiko sejak awal, merumuskan ruang lingkup proyek secara jelas, serta mengendalikan jadwal dan anggaran.
Baca juga: Gedung Data Center BMKG Rampung, WEGE: Tahan Gempa
Tim Project Management Colliers Indonesia mendorong pendekatan ganda dalam penilaian lokasi, yang memastikan kepatuhan teknis sekaligus relevansi kontekstual.
Studi terbaru yang dilakukan oleh tim mengidentifikasi faktor-faktor paling krusial dalam pemilihan lokasi, yaitu lokasi strategis, keandalan infrastruktur, serta stabilitas lingkungan dan geoteknik.
Prioritas ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengevaluasi lokasi berdasarkan kelayakan teknis dan keselarasan strategis. Dengan mengintegrasikan technical due diligence sejak awal, potensi risiko dapat diidentifikasi lebih dini-sehingga mendukung transisi yang lebih lancar dari tahap perencanaan hingga tahap operasional.
Seiring dengan terus berkembangnya ekonomi digital, tim Manajemen Proyek kami mendorong para pengembang dan investor untuk mengadopsi pola pikir “ready-to-build” – yang didukung oleh data, standar, dan wawasan strategis.
Insentif Investasi
Sementara itu, kebijakan penciptaan iklim investasi yang mendukung dan insentif yang menarik diyakini menjadi kunci pertumbuhan ekosistem dan industri pusat data (data center) yang lebih positif di Indonesia.
Saat ini, ada tiga pihak utama yang setidaknya perlu didorong untuk saling berkolaborasi guna menopang pertumbuhan ekosistem data center di Tanah Air yang lebih baik, yakni pemerintah sebagai pembuat kebijakan, serta kawasan industri dan pelaku penyedia layanan data center.
Industri pusat data di Indonesia memiliki prospek sangat cerah seiring potensi nilai ekonomi digital ditaksir mencapai US$365 miliar pada 2030. Berbagai sektor pun mulai terdigitalisasi, termasuk pengelolaan data, yang memerlukan kehadiran data center.
Baca juga: Penggunaan BIM Sangat Vital untuk Proyek Data Center
Pasar pusat data dan komputai awan (cloud) di Asean saat ini berada di jalur pertumbuhan pesat, sehingga diproyeksikan mencapai US$600 miliar pada 2030, bahkan, bisa tembus US$1 triliun dengan kebijakan tepat.
Data dari Satista pun menyebutkan bahwa nilai bisnis pusat data Indonesia terus tumbuh mencapai US$2,52 miliar tahun 2025, dan terus naik menjadi US$5,82 miliar pada 2030, atau tumbuh dangan CAGR 6,69 persen.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Structure Research, Indonesia idealnya punya kapasitas data center hingga 2.700 megawatt (MW). Saat ini, walau Indonesia sudah menjadi salah satu pemain utama, kapasitas pusat data yang tersedia masih sekitar 500-an MW. Angka itu menempati peringkat kedua terbesar di Asia Tenggara.
Kapasitas yang tersedia tersebut tentu masih akan terus berkembang dan tantangan Indonesia adalah agar dapat benar-benar menjadi hub data center di Asia Tenggara.
Apalagi, pengolahan data membutuhkan kapasitas data center yang untuk mengolah berbagai data yang sudah mulai berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Baca juga: Antrean Pelaku Data Center Beli Lahan Masih Kelihatan
Direktur Kebijakan dan Strategi Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi Denny Setiawan pernah mengatakan, dalam rangka mengembangkan ekosistem pusat data, Indonesia perlu menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dengan menawarkan insentif dan menyederhanakan regulasi.
Insentif pajak bagi penyedia pusat data dan pelanggan yang mengimpor perangkat ke pusat data dapat meningkatkan daya saing Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitor di Asean, yakni Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
“Agar insentif ini efektif, skema yang diterapkan harus disertai dengan kepastian kebijakan jangka panjang untuk meyakinkan investor,” ujar Denny.
(*)

