Dari Hasil Bumi ke Properti, Sosok Visioner Hendro Santoso Gondokusumo

Direktur Utama PT Intiland Development Tbk, Hendro S Gondokusumo dan Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi (kanan)/foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id- Suatu pagi di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Jakarta ada suasana berbeda.

Perusahaan properti PT Intiland Development Tbk (DILD) menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding dengan Saltware Co. Ltd. (Saltware), Korea.

Bacaan Lainnya

Penandatanganan MoU yang berlangsung Jumat, 5 Januari 2024 pagi itu disaksikan langsung oleh Kepala Staf Presiden sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko.

“Bisnis utama Intiland tetap di sektor properti. Kerja sama ini lebih sebagai bentuk komitmen dan kontribusi kami untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi sekaligus untuk meningkatkan nilai aset dari lahan dan bangunan yang kami miliki selama ini,” ujar Hendro Santoso Gondokusumo, pendiri sekaligus Direktur Utama PT Intiland Development Tbk didampingi Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk.

Hendro Santoso Gondokusumo lahir di Malang, Jawa Timur, Rabu, 6 September 1950 sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara. Beliau berasal dari keluarga sederhana yang menekuni bisnis hasil bumi.

Baca juga: Pendiri dan Dirut Intiland Development Wafat

Pada usia 17 tahun, Hendro muda mulai belajar berbisnis dengan ikut ayah dan pamannya ke Jakarta untuk berdagang hasil bumi. Namun, dirinya mengaku tidak tertarik. Kecintaannya terhadap arsitektur dan bentuk gedung-gedung tua yang indah, memantabkan pilihannya untuk menekuni seluk-beluk bisnis properti.

Properti adalah kebutuhan fundamental dalam masyarakat, sejajar dengan sandang dan pangan. Pandangan itulah yang membuat Hendro muda jatuh hati dengan bisnis properti. Ia juga melihatnya sebagai sektor yang memiliki potensi besar untuk berkembang.

“Di dunia properti, saya benar-benar bisa mengembangkan diri,” ujarnya pada sebuah kesempatan.

Ia pun mendirikan perusahaan properti yang saat ini dikenal sebagai PT Intiland Development Tbk.

Sejarah Intiland dimulai pada 1970-an ketika Hendro banyak berkecimpung dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan properti di Jakarta dan Surabaya, seperti perumahan Cilandak Garden Housing di Cilandak, Jakarta Selatan, Taman Harapan Indah di kawasan Angke, Jakarta Barat, dan Kota Satelit Darmo di Surabaya.

Proyek properti ini menjadi cikal bakal Intiland, menyusul dengan proyek properti lainnya seperti Pantai Mutiara dan Intiland Tower yang dikembangkan tahun 1980-an.

Baca juga: Giliran Intiland Membalikan Keadaan, Raup Pendapatan Rp3,90 Triliun

Tahun 1990 merupakan tonggak penting bagi Perusahaan setelah berhasil mencatatkan namanya di lantai Bursa yang saat ini dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).

Di sepanjang sejarah dan perjalanannya, Hendro berhasil membawa Intiland sebagai perusahaan yang inovatif dan sebagai penggagas tren.

Proyek unggulan Intiland antara lain Regatta adalah ikon kondominium mewah yang didesain oleh Tom Wright dari Atkins Design, desainer The Burj Al Arab di Dubai.

Hendro juga mengomandoi pengembangan kawasan premium di Surabaya dengan membangun Graha Famili, sebuah kota mandiri yang dibangun di atas lahan seluas 280 hektar di sebelah Surabaya Barat yang juga dilengkapi dengan lapangan golf 18-hole.

Mengutip publikasi manajemen Intiland, pada era 1990-an, Hendro terus mendorong Intiland untuk berkembang dengan mengembangkan berbagai proyek baru. Namun, badai krisis ekonomi Asia tahun 1997 menghantam industri properti dengan keras, termasuk Intiland.

Di tengah gejolak tersebut, di saat banyak perusahaan terpaksa melakukan pemangkasan besar-besaran, Hendro berhasil mempertahankan Intiland tanpa mengorbankan karyawannya. Dengan strategi yang matang dan manajemen keuangan yang disiplin, perusahaan tetap beroperasi dengan mengandalkan aliran dana sendiri, membuktikan ketangguhan dan kepemimpinan Hendro dalam menghadapi tantangan besar.

Baca juga: Bos Intiland Beberkan Alasan Kerja Sama dengan Perusahaan Korea Selatan

Memasuki era 2010-an, di bawah kepemimpinan Hendro, Intiland memasuki babak baru ekspansi dan inovasi bisnis. Dengan visi yang tajam, perusahaan meluncurkan berbagai proyek ikonik yang memperkuat posisinya sebagai pengembang properti terkemuka.

Tahun 2010 menjadi momentum penting dengan hadirnya Intiwhiz Internasional, jaringan hotel yang menaungi Whiz Hotel dan Grand Whiz Hotel, memperluas bisnis Intiland ke sektor hospitality. Keberhasilan lainnya adalah suksesnya Penawaran Umum Saham Terbatas III senilai Rp2,7 triliun, yang memberikan modal besar untuk pertumbuhan perusahaan.

Dari sisi pengembangan properti, Intiland menghadirkan apartemen 1Park Residence dan kawasan perumahan Serenia Hills di Jakarta Selatan, serta kawasan perkantoran terpadu South Quarter dan proyek mixed-use Aeropolis di Tangerang.

Pos terkait