Kompleksitas regulasi juga sering kali menghambat realisasi komitmen investasi. Untuk bersaing secara efektif dan memanfaatkan peluang yang muncul dari penataan kembali rantai pasokan global, Indonesia harus melakukan reformasi struktural yang komprehensif.
Penyederhanaan prosedur perizinan, percepatan perbaikan infrastruktur, dan pemberian insentif yang lebih kompetitif merupakan prasyarat penting untuk memperkuat daya saing kawasan industri nasional di tengah persaingan regional yang semakin ketat.
Penjualan Lahan
Sementara itu, data Colliers Indonesia memerlihatkan, total penjualan lahan industri pada kuartal pertama 2025 mencapai 54,06 hektare—mengalami penurunan dibandingkan kuartal keempat 2024, namun masih lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama pada 2024.
Volume transaksi terbesar tercatat di Greenland International Industrial Center (GIIC), dengan penjualan sebesar 14,2 hektare, yang didominasi oleh dua operator data center (12,2 hektare) dan satu perusahaan pengolahan makanan (2 hektare).
“Dari perspektif sektoral, data center tetap menjadi pendorong utama permintaan lahan, diikuti oleh sektor tekstil, peralatan kantor, bahan bangunan, pengolahan makanan, serta logistik dan pergudangan,” kata Ferry Salanto, head of Research Colliers Indonesia dikutip Jumat, 27 Juni 2025.
Ferry menambahkan, meskipun masih di awal tahun, indikator awal menunjukkan bahwa sektor data center dan logistik akan terus menjadi penopang kinerja kawasan industri sepanjang tahun 2025.
Meskipun aktivitas relatif moderat, tren permintaan dan prospek ekspansi di wilayah Jabodetabek tetap menunjukkan perkembangan yang meyakinkan.
Minat yang tinggi dari investor global—terutama dari China—yang didukung oleh pertumbuhan di sektor-sektor strategis, merupakan sebuah momentum yang signifikan. Pergeseran geografis dalam pengembangan ke arah timur dan barat Jakarta—termasuk Subang, Karawang, dan Serang—membuka peluang baru bagi kawasan industri untuk siap menangkap gelombang investasi berikutnya.
(*)