Jakarta, landbank.co.id – Setelah sempat terkoreksi di akhir pekan, harga emas dunia (XAU/USD) diproyeksikan kembali melanjutkan tren penguatan dalam perdagangan pekan depan.
Optimisme investor terhadap potensi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya permintaan aset safe haven menjadi faktor utama yang menjaga momentum positif logam mulia tersebut.
Berdasarkan data perdagangan yang dipantau landbank.co.id, harga emas dunia ditutup melemah 1,71% ke level US$4.252,52 per troy ons pada Jumat (17/10/2025).
Koreksi tersebut terjadi setelah lima hari reli berturut-turut sejak 10 Oktober 2025. Meski melemah secara harian, emas masih mencatat kenaikan mingguan sebesar 5,76%, memperpanjang tren penguatan selama sembilan pekan tanpa jeda.
Pelemahan harga emas di akhir pekan lalu dipicu oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa kebijakan tarif tinggi terhadap produk asal Tiongkok “tidak berkelanjutan”, membuka peluang rekonsiliasi jelang pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping.
Pernyataan tersebut sempat menurunkan tensi pasar yang sebelumnya mendorong lonjakan harga emas global.
Meski demikian, para analis menilai tekanan tersebut hanya bersifat teknikal dan sementara.
“Koreksi ini justru memberikan ruang sehat bagi pasar untuk membentuk level harga baru sebelum melanjutkan penguatan ke area US$4.300–US$4.400 per troy ons,” kata Andy Nugraha, Analis Dupoin Futures Indonesia, dalam keterangannya kepada landbank.co.id, Sabtu (18/10/2025).
Andy menjelaskan, selama arah kebijakan moneter global masih mengarah pada pelonggaran dan risiko geopolitik belum benar-benar mereda, emas akan tetap menjadi aset favorit bagi investor.
“Selama The Fed belum mengubah sikap dovish-nya, tren jangka menengah emas masih bullish,” tambahnya.
Secara fundamental, peluang kenaikan harga emas didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menekan imbal hasil dolar AS dan obligasi, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil tetap (non-yielding asset).
Selain itu, permintaan emas dari bank sentral global dan investor institusional juga terus meningkat. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran strategi investasi menuju aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi dunia.
Dengan kondisi tersebut, analis memperkirakan harga emas akan kembali menguat dalam jangka menengah. Jika momentum positif terjaga, target berikutnya diperkirakan berada di kisaran US$4.350–US$4.400 per troy ons, sebelum berpotensi menguji area psikologis baru di US$4.500.
(*)