Site icon Landbank.co.id

Tingkat Hunian Naik Tipis, Sektor IT dan Co-working Space Jadi Penopang Permintaan Kantor di Ibu Kota

Jakarta, landbank.co.id – Pasar properti perkantoran di Jakarta masih menghadapi tantangan besar dengan lebih dari 3 juta meter persegi ruang kantor belum terserap pasar.

Jumlah ini setara dengan sekitar 40 gedung perkantoran kelas A, mencerminkan tekanan terhadap tingkat okupansi di tengah membaiknya permintaan dari sejumlah sektor.

Dalam satu tahun terakhir, tingkat hunian kantor komersial di Jakarta hanya meningkat 1 persen, meskipun ada geliat positif dari sektor teknologi informasi (IT), jasa konsultan, co-working space, hingga industri manufaktur.

“Ini yang menjadi PR besar untuk kami,” ujar Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department Leads Property, di Jakarta, Kamis (19/6/2025).

“Saat ini, kawasan seperti Bekasi dan Tangerang tidak lagi difokuskan sebagai kawasan industri, tetapi telah bertransformasi menjadi penyangga pusat kota (CBD),” terangnya.

Menurut data terbaru Leads Property, 72 persen permintaan ruang kantor pada kuartal ini terkonsentrasi di koridor yang terintegrasi dengan MRT dan LRT, mencerminkan pergeseran preferensi penyewa ke lokasi strategis yang mudah diakses.

“Transportasi publik menjadi game changer. Perusahaan kini mencari kantor yang terhubung langsung ke MRT atau LRT untuk efisiensi waktu dan kenyamanan karyawan,” tambah Martin.

Segitiga Emas Masih Dominan, Tapi Luar CBD Lebih Menarik

Total pasokan ruang kantor di Jakarta saat ini mencapai 11,6 juta meter persegi, dengan kawasan Segitiga Emas (Sudirman–Thamrin–Kuningan) sebagai pusat utama.

Kawasan CBD menyumbang 64 persen dari total pasokan, sementara wilayah luar CBD menyumbang 36 persen.

Namun menariknya, tingkat hunian di luar CBD justru lebih tinggi:

Kawasan Tingkat Okupansi Harga Sewa Kotor (Rp/m²/bulan)
CBD Jakarta ±73% Rp331.000
Luar CBD ±77% Rp240.000

Harga sewa yang lebih kompetitif dan akses transportasi massal menjadi daya tarik utama kawasan luar CBD.

Selain lokasi dan harga, sertifikasi green building semakin menjadi standar baru yang dicari oleh perusahaan, terutama perusahaan multinasional yang fokus pada efisiensi energi dan keberlanjutan.

“Kriteria pemilihan gedung makin ketat. Akses langsung ke transportasi umum, ruang terbuka, kantin, parkir memadai, dan koneksi internet cepat menjadi kebutuhan mutlak,” kata Martin.

(*)

Exit mobile version