Jakarta, landbank.co.id – Harga emas global (XAU/USD) terus mencatatkan penguatan signifikan di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik dunia.
Sentimen pasar yang dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) serta lonjakan permintaan aset safe haven menjadi pendorong utama reli harga logam mulia tersebut.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai tren teknikal emas masih menunjukkan kecenderungan bullish yang kuat.
“Secara teknikal, XAU/USD saat ini berada dalam fase konsolidasi ringan setelah reli panjang. Level $3.714 masih menjadi batas psikologis penting bagi arah pergerakan jangka pendek.
Ia menyampaikan, selama harga bertahan di atas level tersebut, tren bullish berpeluang berlanjut menuju resistensi $4.100.
“Kombinasi candlestick dan indikator Moving Average memperlihatkan tekanan beli yang masih dominan. Selama harga bertahan di atas area support penting, peluang kenaikan menuju $4.100 per troy ons masih terbuka,” ujar Andy dalam keterangan resminya dikutip Jumat, 10 Oktober 2025.
Meski demikian, ia juga mengingatkan potensi koreksi teknikal jangka pendek.
“Jika harga berbalik arah dan menembus level kunci di $3.714, koreksi menuju area $3.628 berpotensi terjadi sebelum melanjutkan tren naik,” tambahnya.
Lebih lanjut Andy Nugraha menegaskan pentingnya disiplin dalam menghadapi pasar yang sedang euforia.
“Trader perlu memperhatikan keseimbangan antara potensi upside dan risiko koreksi. Momentum masih berpihak pada buyer, namun fase euforia harus diimbangi dengan strategi manajemen risiko yang ketat,” ujarnya menutup analisis.
Fenomena “Emas Fever” di Asia
Fenomena “emas fever” kini mulai terlihat di pasar Asia, terutama di Tiongkok. Investor ritel di negara tersebut menghadapi dilema antara membeli di harga tinggi atau menunggu koreksi pasar.
Lonjakan minat beli ini menunjukkan keyakinan terhadap potensi penguatan lanjutan harga emas, meskipun sebagian pelaku pasar menilai harga saat ini sudah berada di area jenuh beli (overbought).
Dari sisi fundamental, dorongan utama reli emas datang dari meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Beberapa pejabat bank sentral AS memberi sinyal bahwa pelonggaran moneter mungkin diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tanda-tanda perlambatan pertumbuhan.
Kebijakan tersebut berpotensi menekan nilai dolar AS dan menurunkan imbal hasil obligasi, dua faktor yang secara historis memperkuat harga emas.
Geopolitik Global dan Aksi Bank Sentral
Selain faktor moneter, kondisi geopolitik global juga memberi dukungan tambahan. Konflik berkepanjangan di Timur Tengah dan perang Rusia–Ukraina terus mendorong arus modal menuju aset aman. Ketidakpastian politik dan fiskal di Amerika Serikat—termasuk ancaman government shutdown—juga memperkuat sentimen terhadap logam mulia ini.
Bank sentral di berbagai negara turut menambah cadangan emas sebagai bentuk diversifikasi dan perlindungan terhadap inflasi. Langkah tersebut mempertegas peran emas sebagai instrumen lindung nilai di tengah situasi global yang tidak menentu.
(*)