Site icon Landbank.co.id

Seluas Ini Lahan Kawasan Industri yang Belum Dimanfaatkan

Lebih dari 90 persen lahan kawasan industri yang sudah ditetapkan dalam tata ruang oleh Kementerian ATR/BPN belum dimanfaatkan/foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id– Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menyatakan mayoritas lahan yang ditetapkan sebagai kawasan industri belum dimanfaatkan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Tata Ruang Kementerian ATR/BPN, Suyus Windayana, mengungkapkan bahwa dari kawasan industri yang telah ditetapkan itu masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan secara optimal.

Potensi kawasan industri itu dinilai dapat menjadi peluang strategis bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Lebih dari 90 persen lahan kawasan industri yang sudah ditetapkan dalam tata ruang belum dimanfaatkan. Ini menunjukkan masih terbukanya peluang investasi yang sangat besar di sektor ini,” ujar Suyus Windayana dilansir laman ATR/BPN dikutip Senin, 23 Juni 2025.

Pernyataan Suyus Windayana itu dilontarkan dalam Dialog Nasional Munas IX Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, di Kuningan, Jakarta, Kamis, 19 Juni 2025.

Sebagai contoh, berdasarkan data Kementerian ATR/BPN, di Pulau Sumatera terdapat sekitar 185.412 hektare lahan yang telah dialokasikan untuk kawasan industri, namun baru 13.000 hektare atau sekitar 7 persen yang telah dimanfaatkan.

Baca juga: Serapan Lahan Kawasan Industri Tertinggi Sejak Pandemi

Sementara itu, di Pulau Jawa, dari total 350.539 hektare yang tersedia, baru sekitar 34.000 hektare atau 9,75 persen yang telah digunakan.

“Padahal ruangnya sudah tersedia dalam Rencana Tata Ruang, namun tantangan kita ada pada eksekusinya. Mulai dari izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), kesiapan RDTR, hingga penguasaan lahannya. Ini yang sedang kita dorong percepatannya,” tegas Suyus Windayana.

Sejumlah tantangan yang dihadapi dalam optimalisasi kawasan industri antara lain belum lengkapnya izin KKPR, lambatnya integrasi RDTR ke dalam sistem Online Single Submission (OSS), serta kendala dalam proses pengadaan dan pelepasan lahan.

Dirjen Tata Ruang mengatakan, pemerintah menargetkan penyusunan dan integrasi 2.000 RDTR ke dalam OSS sebagai bagian dari strategi percepatan perizinan berusaha.

Baca juga: Data Kawasan Industri Greater Jakarta, Kuartal I/2025

Namun, masih kata dia, hingga pertengahan 2025, baru 367 RDTR yang berhasil terintegrasi, sementara sisanya masih dalam proses sinkronisasi dan digitalisasi.

Sebagai bentuk dukungan konkret, Kementerian ATR/BPN terus membantu pemerintah daerah (Pemda) untuk membuat RDTR. Bantuan yang diberikan mulai dari anggaran hingga bantuan teknis dalam penyusunan RDTR.

 

Prospek Meyakinkan

Sementara itu, Prospek bisnis kawasan industri di kawasan Jabodetabek dinilai masih meyakinkan sepanjang tahun 2025.

Hal itu seiring dengan perkiraan masih adanya permintaan dan ekspansi sejumlah korporasi di kawasan industri Jabodetabek, terutama dari kalangan data center.

Sekalipun, jelas Colliers Indonesia, hingga awal 2025, belum terjadi peningkatan signifikan dalam pasokan lahan industri baru di wilayah Jabodetabek.

Namun, beberapa kawasan menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat—terutama Subang, yang dengan cepat muncul sebagai destinasi industri baru.

Kawasan ini berhasil menarik investasi besar dari produsen kendaraan listrik asal China.

Baca juga: Peluang Kawasan Industri Indonesia, Colliers: Cukup Besar

Kehadiran Pelabuhan Patimban, Jawa Barat diperkirakan semakin memperkuat daya saing Subang sebagai alternatif terhadap pusat-pusat industri tradisional seperti Bekasi dan Karawang.

Total penjualan lahan industri pada kuartal pertama 2025 mencapai 54,06 hektare—mengalami penurunan dibandingkan kuartal empat 2024, namun masih lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama 2024.

Volume transaksi terbesar tercatat di Greenland International Industrial Center (GIIC), dengan penjualan sebesar 14,2 hektare, yang didominasi oleh dua operator data center (12,2 hektare) dan satu perusahaan pengolahan makanan (2 hektare).

“Dari perspektif sektoral, data center tetap menjadi pendorong utama permintaan lahan, diikuti oleh sektor tekstil, peralatan kantor, bahan bangunan, pengolahan makanan, serta logistik dan pergudangan,” papar Ferry Salanto, head of Research Colliers Indonesia, baru-baru ini.

Baca juga: Peluang Kawasan Industri Indonesia, Colliers: Cukup Besar

Ferry menambahkan, meskipun masih awal tahun, indikator awal menunjukkan bahwa sektor data center dan logistik akan terus menjadi penopang kinerja kawasan industri sepanjang tahun 2025.

 

(*)

Exit mobile version