Jakarta, landbank.co.id– Manajemen PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS) menilai peluang bisnis hotel di Bali masih terbuka dan diharapkan terus bertumbuh.
Karena itu, PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk yang mengusung kode saham RBMS ini tengah membangun proyek hotel di Pulau Dewata tersebut.
Kehadiran proyek anyar itu akan melengkapi hotel Le Meridien Bali Jimbaran yang telah dimiliki lebih dulu oleh PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
Manajemen RBMS, menyatakan bahwa pada 2024, sektor pariwisata dan perhotelan di Bali mencatatkan performa yang baik.
Ketika itu, kata manajemen RBMS, Le Meridien Bali Jimbaran berhasil mencapai tingkat okupansi sekitar 77,8 persen atau seperti sebelum pandemi Covid-19 dan tingkat pendapatan revenue yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Marriott International, selaku operator hotel Le Meridien Bali Jimbaran, melaporkan bahwa tingkat hunian di kawasan Asia Pacific mencapai rekor 74 persen, didorong oleh wisatawan mancanegara dan permintaan domestik yang stabil.
Baca juga: Pesta Kesenian Bali Ikut Kerek Okupansi Hotel
Average Daily Rate (ADR) tumbuh 9 persen dibandingkan tahun 2023, dengan 70 persen okupansi berasal dari anggota Marriott Bonvoy, yang merupakan pilar strategi utama.
“Dengan pertimbangan sektor pariwisata Bali yang sudah membaik ke level sebelum Covid-19 dan melihat adanya potensi yang masih baik, Perseroan merasa bahwa saat ini waktu yang tepat untuk memlulai pembangunan hotel baru di Tegenungan, Gianyar, Bali,” jelas manajemen dalam paparan publik, belum lama ini.
RBMS mulai membangun proyek tersebut pada Desember 2024 dengan pekerjaan pondasi tiang pancang dengan menunjuk PT Indonesia Raya Pondasi tbk untuk mengerjakan paket pekerjaan pondasi tiang pancang.
Perseroan juga telah mununjuk Manajemen Konstruksi untuk mengawasi pekerjaan agar telaksana dengan baik, sedangkan operator yang akan mengoperasikan hotel adalah Marriott International.
Pembangunan hotel baru yang terletak di Tegenungan waterfall, Ubud, Gianyar, Bali itu digulirkan melalui anak usaha RBMS, PT Tiara Hotel Bali International (THBI).
Manajemen RBMS menilai, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun internasional, menjadi indikator positif bagi industri perhotelan di Bali. Sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia, Bali terus menarik minat pelancong, yang berdampak langsung pada tingkat okupansi hotel dan pendapatan sektor pariwisata.
Baca juga: Mengintip Celah Bisnis Hotel di Bali
Hal ini terbukti dengan naiknya tingkat okupansi hotel yang dimiliki perseroan menjadi 77,8 persen selama tahun 2024, mencerminkan kepercayaan yang terus meningkat dari para wisatawan.
“Dengan tren positif ini, kami yakin bahwa industri perhotelan di Bali akan terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal,” papar manajemen RBMS.
Perseroan berharap prospek perhotelan di Bali pada tahun 2025 akan melanjutkan tren positif dari tahun 2024. Proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 6,6 juta, yang diharapkan akan meningkatkan tingkat hunian hotel. Pelaku industri perhotelan di Bali masih optimistis walaupun dengan adanya pembatasan pengadaan acara dari group pemerintah.
“Strategi untuk hotel pada 2025 adalah bekerja sama erat dengan operator dalam menetapkan target okupansi dan rate, serta fokus untuk group booking dengan NGO dan perusahaan swasta untuk mendapatkan group booking,” urai manajemen RBMS.
Sementara itu, sepanjang Januari-Maret 2025, pendapatan RBMS dari bisnis hotel menyentuh Rp16,84 miliar, naik sekitar 4 persen disandingkan dengan periode sama 2024 yang senilai Rp16,13 miliar.
Bisnis hotel menyumbang sekitar 60 persen terhadap total pendapatan RBMS per akhir Maret 2025 yang mencapai sekitar Rp27,98 miliar.
Porsi bisnis hotel terhadap total pendapatan RBMS pada kuartal pertama 2024 masih bertengger di posisi sekitar 58 persen.
Baca juga: Tujuh Hotel Baru akan Merangsek Pasar Bali
Di sisi lain, pendapatan RBMS dari penjualan rumah mencatat hal sebaliknya, yakni anjlok sekitar53 persen dari semula Rp22,95 miliar menjadi Rp10,77 miliar per akhir Maret 2025.
Per akhir Maret 2025, pemegang saham Ristia Bintang Mahkotasejati terdiri atas Richard Rachmadi Wiriahardja sebesar 51,88 persen dan masyarakat 48,12 persen.
(*)