Nonfarm Payrolls (NFP) Picu Harga Emas Dunia Naik Tajam

Potensi pembalikan arah harga emas hari ini tetap terbuka, terutama jika terjadi perubahan mendadak pada sentimen pasar./foto: capture dupoin

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia melonjak tajam lebih dari 1,5% pada perdagangan Jumat (1/8/2025) menyusul rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) yang lebih lemah dari perkiraan serta meningkatnya tensi geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia.

Kedua faktor ini mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas, yang diperdagangkan mendekati level US$3.350 per troy ounce.

Bacaan Lainnya

Menurut laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS, data NFP bulan Juli menunjukkan perlambatan signifikan di pasar tenaga kerja.

Meskipun tingkat pengangguran tetap stabil, total revisi data NFP untuk bulan Mei dan Juni menunjukkan penurunan sebesar 258.000, menjadikannya revisi dua bulan terbesar kedua sejak tahun 1979, setelah April 2020.

Pasar Ekspektasikan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Kondisi pasar kerja yang melemah ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya.

Berdasarkan kontrak berjangka suku bunga The Fed untuk Desember 2025, pelaku pasar kini memperkirakan potensi pelonggaran moneter sebesar 57 basis poin hingga akhir tahun.

Bahkan, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini berada di angka 76%, yang berarti pasar menilai pemangkasan suku bunga sebagai langkah yang hampir pasti.

Beberapa pejabat The Fed turut memberikan tanggapan. Michelle Bowman dan Christopher Waller secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap kebijakan pelonggaran suku bunga sebesar 25 bps.

Sementara itu, Beth Hammack dari The Fed Cleveland menyebut laporan NFP mengecewakan, meski menilai pasar tenaga kerja tetap dalam keseimbangan. Raphael Bostic dari The Fed Atlanta juga menilai pasar kerja mulai melambat dan menyebut risiko inflasi masih lebih besar dibanding risiko terhadap pekerjaan.

Ketegangan Rusia-AS Perburuk Sentimen Risiko

Tak hanya faktor makroekonomi, ketegangan geopolitik turut memicu lonjakan harga emas. Presiden Donald Trump mengumumkan penambahan tarif terhadap puluhan negara mitra dagang.

Lebih lanjut, dalam langkah dramatis, Trump mengirim dua kapal selam nuklir AS ke lokasi strategis sebagai respons terhadap komentar Wakil Ketua Rusia Dmitry Medvedev, yang menyebut AS sedang memainkan “permainan ultimatum” yang dapat mengarah pada konflik berskala besar.

Situasi ini memicu lonjakan permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik terendah satu bulan di US$3.268 per troy ounce pada Kamis akibat rilis klaim pengangguran mingguan yang lebih kuat.

Tambahan Tekanan dari Data Ekonomi Lain

Data lain dari sektor manufaktur dan konsumsi juga memberikan tekanan tambahan terhadap dolar AS. Indeks aktivitas manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) masih berada di zona kontraksi, menandakan pelemahan sektor industri.

Di sisi lain, sentimen konsumen AS yang diukur oleh Universitas Michigan menunjukkan penurunan signifikan, mempertegas kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.

(*)

Pos terkait