Jakarta, landbank.co.id– Para emiten properti yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki komitmen terhadap penerapan lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social, governance/ESG) yang baik.
Hal itu setidaknya terlihat dari daftar emiten yang mendapat nilai ESG dari Bursa Efek Indonesia per Juni 2025.
Mengutip laman Bursa Efek Indonesia, per Juni 2025, dari 85 perusahaan, terdapat enam emiten properti yang memiliki nilai ESG dari otoritas Bursa tersebut.
Keenam emiten properti tersebut adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Terbaru, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), pemilik kawasan industri Suryacipta City of Industry seluas 1.400 hektare di Karawang, Jawa Barat.
Selain kehadiran SSIA, peringkat nilai ESG emiten properti pada Juni 2025 terlihat mengalami fluktuasi.
Baca juga: Terjadi Pergeseran Peringkat Nilai ESG Emiten Properti, April 2025
Dua emiten properti yang relatif stabil dalama daftar peringkat nilai ESG di BEI adalah BSDE dan PWON.
BSDE, sang pemilik kota mandiri BSD City, Tangerang, Banten menempati peringkat ke-21 dengan nilai 22,16.
Emiten properti yang memiliki aset Rp76,02 triliun pada 2024 ini secara konsisten menerapkan pembangunan berkelanjutan dengan berpijak pada empat pilar utama.
Misal, dari pilar kedua, yakni Climate Change and the Environment, pada akhir 2024, BSDE melampaui target awal untuk memasukkan 20 persen material ramah lingkungan dalam proyek perumahan baru, mencapai rata-rata 35,73 persen material ramah lingkungan dalam pengembangan kami.
“Pada 2024, kami melanjutkan komitmen kami terhadap keberlanjutan dengan membeli REC dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Inisiatif ini mendukung komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi dengan mengadopsi sumber energi terbarukan untuk konsumsi listrik hijau. Akhir 2024, kami telah mencapai pengurangan 15.281,55 ton CO2 dari pembelian REC,” papar manajemen BSDE dalam Laporan Keberlanjutan 2024 dikutip Senin, 16 Juni 2025.
Hal senada dilontarkan oleh manajemen PT Pakuwon Jati Tbk yang pada Juni 2025 menempati peringkat ke-22 dalam penilaian ESG BEI, dengan mengantongi nilai 22,54.
Baca juga: Nilai ESG Pengembang di Tengah Emiten Bursa Efek Indonesia
“Bagi Perseroan, bisnis bukan hanya tentang mencatat pertumbuhan kinerja dan memperoleh laba, namun juga bagaimana keberadaan Perseroan dapat berdampak positif kepada lingkungan dan masyarakat,” jelas manajemen PWON dalam Annual Report 2024 dikutip Senin, 16 Juni 2025.
“Perseroan berkomitmen untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan dengan berpedoman kepada peraturan dan perundangundangan yang berlaku,” jelas manajemen PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Dari sisi tata kelola, Pakuwon Jati meyakini bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara berkesinambungan dapat mendukung pencapaian kinerja yang optimal.
“Perseroan secara berkala terus melakukan penyempurnaan untuk memperkuat penerapan GCG. Perbaikan dan peningkatan dilakukan berdasarkan temuan hasil audit, rekomendasi Komite Audit dan Dewan Komisaris, hasil pemantauan pengendalian internal, saran dari pihak-pihak eksternal dan pemangku kepentingan terkait, hingga hasil penilaian mandiri (self assessment) GCG.
Lalu, dari sisi lingkungan, manajemen PWON menyatakan bahwa PLTS di Royal Plaza Surabaya yang resmi beroperasi pada 9 Desember 2024 dianugerahi sebagai PLTS terbesar di Jawa Timur untuk kategori mal dengan luas 4.835 m² dan kapasitas 863.5 kWp.
Baca juga: Rekam Jejak ESG SCG di Indonesia
“PLTS ini mampu mengurangi biaya listrik sekitar 8% dan penurunan emisi karbon sekitar 685 ton CO2e setiap tahunnya, setara dengan penyerapan CO2 oleh lebih dari 1.500 pohon,” ujar manajemen PWON.
Fluktuasi Peringkat
Bila BSDE dan PWON stabil di posisi peringkat nilai ESG besutan BEI, situasi berbeda dialami oleh tiga emiten properti lainnya.
Mengutip laman BEI, pada Juni 2025, peringkat nilai ESG CTRA berada di posisi ke-29, sedangkan sebelumnya di posisi ke-28 dengan nilai 24,16.
Hal serupa dialami oleh SMRA yang sebelumnya di posisi ke-40, kini berada di level 42 dengan mengantongi nilai 27,81.
Baca juga: Sekilas Berkenalan dengan Nilai ESG di Bursa Efek Indonesia
Begitu juga dengan PANI, turun dari semula di posisi ke-68 menjadi diurutan ke-74 dengan membungkus nilai 41,07.
Pendatang baru, yakni SSIA menempati peringkat ke-81 dari 85 emiten yang memeroleh nilai ESG dari BEI. Pemilik hotel Gran Melia Jakarta ini meraih nilai 45,09.
Masih mengutip laman BEI, dalam penilaian skor ESG, emiten dikelompokkan pada salah satu dari lima kategori yang mencakup negligible, yakni dianggap memiliki risiko ESG yang dapat diabaikan dengan rentang skor 0-10.
Lalu, low, dianggap memiliki risiko ESG yang rendah (skor 10-20).
Kemudian, medium, dianggap memiliki risiko ESG yang sedang (skor 20-30). Lalu, high, yaitu dianggap memiliki risiko ESG yang tinggi (30-40).
Selain itu, severe, yakni dianggap memiliki risiko ESG yang berat (skor di atas 40).
(*)