Selama kondisi ekonomi belum sepenuhnya mendukung iklim investasi, banyak perusahaan memilih untuk menunda pembukaan maupun relokasi kantor mereka di Jakarta.
Kondisi ini mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada efisiensi ruang dan pengendalian biaya operasional.
Rencana ekspansi dan penambahan tenaga kerja ditunda di banyak sektor, sambil menunggu situasi ekonomi yang lebih stabil.
Pasar Asia Pasifik
Sementara itu, pasar perkantoran Asia Pasifik memasuki fase pertumbuhan baru, dengan momentum baru yang diperkirakan terus berlanjut hingga akhir 2025 seiring para penyewa semakin memprioritaskan ruang kantor yang fleksibel dan berkelanjutan.
Baca juga: Pasokan Minim Bisa Dongkrak Okupansi Perkantoran
Menurut laporan terbaru Colliers, Wawasan Pasar Perkantoran Asia Pasifik Semester I 2025, aktivitas penyewaan di 11 pasar utama mencapai 4,5 juta meter persegi (m2) pada paruh pertama tahun ini – meningkat 9,6 persen year on year – yang mencerminkan kalibrasi ulang strategi tempat kerja yang lebih luas.
Pasar yang dipantau meliputi Australia, Tiongkok Daratan, Hong Kong, India, india, Jepang, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
Singapura, Filipina, dan Jepang memimpin pertumbuhan permintaan, dengan Singapura mencatat peningkatan volume penyewaan yang mengesankan sebesar dua belas kali lipat. Filipina dan Jepang mencatat pertumbuhan tahunan yang kuat, masing-masing sebesar 56 persen dan 55 persen.
Sementara itu, India, Tiongkok Daratan, dan Jepang terus menjadi tumpuan aktivitas regional, secara kolektif menyumbang lebih dari 90% dari total permintaan perkantoran.
Pasokan baru juga meningkat, meningkat 45,4 persen year on year menjadi 4,8 juta m2 dan melampaui permintaan di sebagian besar pasar.
“Di seluruh Asia Pasifik, kami menyaksikan pergeseran penting dalam cara penyewa berinteraksi dengan ruang perkantoran,” ujar Mike Davis, managing director Colliers Occupier Services Asia Pasifik.
Baca juga: Gedung Perkantoran Hijau CBD Jakarta Sentuh Satu Juta M2
Dia menambahkan, kebangkitan permintaan, yang dipimpin oleh pasar-pasar dinamis seperti Singapura, Filipina, dan Jepang, menandakan bukan hanya pemulihan tetapi juga pembaharuan.
“Seiring dengan prioritas fleksibilitas dan keberlanjutan yang menjadi pusat perhatian, organisasi-organisasi tertarik pada aset-aset Kelas A utama yang mencerminkan nilai-nilai dan ambisi masa depan mereka. Pergerakan menuju kualitas ini sedang membentuk kembali lanskap perkantoran di kawasan ini, dan kami berharap momentum ini akan terus berlanjut hingga paruh kedua tahun 2025 dan seterusnya,” ujar Davis.
(*)