Jakarta, landbank.co.id – Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah agresi militer Israel terhadap Palestina di Gaza dan Tepi Barat kian membesar, hingga akhirnya menjalar ke wilayah Lebanon di utara.
Situasi ini menandai babak baru eskalasi bersenjata di kawasan tersebut, sekaligus menjadi ujian bagi teknologi pertahanan udara Israel yang selama ini diandalkan: Iron Dome.
Sistem pertahanan udara buatan Rafael Advanced Defence Systems itu kerap menjadi sorotan global karena efektivitasnya dalam menghalau serangan roket jarak pendek.
Dirancang untuk mencegat misil dari jarak 4 hingga 70 kilometer, Iron Dome dianggap sebagai benteng utama yang melindungi wilayah permukiman Israel dari ancaman luar.
Namun, reputasi tersebut mulai terkikis. Dalam serangan besar-besaran beberapa waktu lalu, Iran meluncurkan ratusan rudal hipersonik seperti Fattah-1, Fattah-2, Kheibar Sekkan, Khomramshar, dan Rahbar yang meluncur dengan kecepatan tinggi dan dalam waktu yang sangat singkat.
Iron Dome kewalahan menghadapi skenario serangan simultan semasif ini, yang bahkan berhasil menghantam kota pelabuhan Haifa, salah satu wilayah yang sebelumnya relatif aman.
Rencana Israel untuk meningkatkan jangkauan Iron Dome hingga 250 kilometer dan menambah fleksibilitas dalam menghadapi serangan dari berbagai arah tampaknya belum mampu menjawab tantangan serangan rudal modern.
Fakta ini memicu kekhawatiran internasional terhadap efektivitas pertahanan udara Israel di tengah konflik yang terus memburuk.
Di tengah sorotan terhadap Iron Dome, Turki menawarkan alternatif lewat sistem Steel Dome yang dikembangkan oleh ASELSAN, perusahaan pertahanan terkemuka negara tersebut.
Dalam ajang Indo Defence 2024 di Jakarta, sistem ini diperkenalkan kepada publik global, menegaskan klaim bahwa Steel Dome lebih unggul dalam aspek responsivitas, efektivitas biaya, dan cakupan perlindungan.
Steel Dome disebut-sebut lebih andal dalam menangani berbagai jenis ancaman udara, termasuk rudal balistik dan drone swarm, menjadikannya salah satu sistem pertahanan yang paling menjanjikan di tengah dinamika militer global yang semakin kompleks.
Eskalasi yang Berkelanjutan
Situasi di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Palestina, semakin mengarah pada konflik terbuka berskala luas.
Aksi saling serang yang terus berulang, ditambah keterlibatan negara-negara lain seperti Iran dan Turki, menciptakan dinamika geopolitik yang semakin sulit dikendalikan.
Meski teknologi pertahanan terus berkembang, serangan berskala besar seperti yang dilakukan Iran menyoroti pentingnya pendekatan diplomasi dan penyelesaian akar masalah, bukan semata mengandalkan kekuatan militer.
Steel Dome Memikat Hati RI 1
Dalam wawancara khusus dengan CEO ASELSAN Ahmet Akyol di sela Indo Defence 2024, Steel Dome juga mendapat tempat khusus sebagai solusi pertahanan udara yang ditawarkan kepada Indonesia.
Ia menyebut bahwa solusi pertahanan udara terintegrasi dan berlapis adalah flagship solusi Aselsan untuk Indonesia.
“Yang dimaksud adalah Steel Dome. Ini merupakan solusi utama kami dalam pameran pertahanan ini, dan pertama kalinya ditawarkan ke Indonesia,” kata Ahmet Akyol dikutip dari Antara Senin, 23 Juni 2025.
Menurut dia, pemimpin puncak Indonesia telah mendapat penjelasan yang menyeluruh tentang Steel Dome.