Site icon Landbank.co.id

Mengintip Pendapatan Ciputra Sepanjang Paruh Pertama Tahun Kelinci Air, Raup Rp4,46 Triliun

Lini penjualan kaveling, rumah hunian, dan ruko masih menjadi otot pendapatan Ciputra, Per akhir Juni 2023, tercatat Rp2,85 triliun/landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id- Pendapatan emiten properti, PT Ciputra Development Tbk masih cukup solid sepanjang semester pertama 2023.

PT Ciputra Development Tbk yang mengusung kode saham CTRA itu sepanjang enam bulan pertama 2023 meraup pendapatan bersih sekitar Rp4,46 triliun.

Mengutip laporan keuangan PT Ciputra Development Tbk, torehan per akhir Juni 2023 itu turun sekitar 4% bila dibandingkan dengan periode yang sama sekitar Rp4,66 triliun.

Lini penjualan kaveling, rumah hunian, dan ruko masih menjadi otot pendapatan CTRA. Per akhir Juni 2023, penjualan ketiga subsektor itu tercatat Rp2,85 triliun, melemah dari Rp3,23 triliun per akhir Juni 2022.

Kontribusi lini tersebut sekitar 64% terhadap total pendapatan CTRA sepanjang semester pertama 2023 yang sebesar Rp4,46 triliun.

Kontributor kedua terbesar adalah lini perkantoran senilai Rp345,48 miliar. Penjualan kantor naik 5% mengingat per akhir Juni 2022 baru sekitar Rp327,80 miliar.

Kenaikan juga terjadi di lini bisnis apartemen, yakni dari Rp222,33 miliar menjadi Rp303,02 miliar.

Hal serupa dibukukan oleh CTRA untuk pendapatan dari usaha hotel yang melejit dari Rp180,22 miliar menjadi Rp233,69 miliar.

Pendapatan usaha CTRA selain hotel juga mencakup pusat niaga dan kawasan komersial, pelayanan kesehatan, sewa kantor, lapangan gold, serta dan lain-lain.

Tahun 2023 atau Tahun Kelinci Air dinilai oleh berbagai praktisi dan pengamat properti sebagai momentum kebangkitan properti.

Manajemen CTRA dalam paparan publik, beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa saat ini perseroan banyak mengembangkan produk residensial dengan harga di atas Rp1 miliar yang demand-nya lebih kuat dengan target pasar segmen menengah dan menengah atas.

“Pandemi COVID-19 mempengaruhi daya beli segmen menengah bawah sehingga terjadi pelemahan demand atas rumah-rumah kecil,” ujar manajemen Ciputra dikutip landbank.co.id dari keterbukaan informasi di idx.co.id.

Selain itu, membangun rumah dengan harga di bawah Rp1 miliar menjadi semakin sulit dengan adanya inflasi harga bahan bangunan sehingga hanya bisa dilakukan di proyek-proyek tertentu saja.

(*)

Exit mobile version