Site icon Landbank.co.id

Mengintip Celah Bisnis Hotel di Bali

Hotel-hotel di Bali menghadapi persaingan tidak hanya dari hotel dan vila lain, tetapi juga dari vila independen yang tidak terdaftar/foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id– Bisnis hotel di Bali masih menjanjikan walau masih ada tantangan seiring dengan program efisiensi yang diterapkan pemerintah.

Tantangan itu, mengutip riset Colliers Indonesia, khususnya terhadap bisnis hotel yang mengandalkan meeting, incentives, conferences, dan exhibition (MICE).

“Langkah-langkah efisiensi pemerintah telah berdampak pada hotel-hotel di Bali, khususnya yang mengandalkan pasar MICE,” dilansir riset Colliers Indonesia.

Ketiadaan acara MICE, mengutip riset itu, khususnya yang bertaraf internasional, telah menciptakan tantangan bagi hotel-hotel yang berfokus pada pasar ini.

Aktivitas perusahaan juga menurun karena langkah-langkah efisiensi yang terkait dengan pemerintah.

Selama kuartal pertama 2025, pasar perhotelan Bali terutama didukung oleh pasar rekreasi internasional.

Baca juga: Tujuh Hotel Baru akan Merangsek Pasar Bali

Bulan puasa Ramadan pada Maret 2025 semakin mengurangi aktivitas domestik, yang secara signifikan memengaruhi pendapatan hotel.

“Hotel-hotel di Bali menghadapi persaingan tidak hanya dari hotel dan vila lain, tetapi juga dari vila independen yang tidak terdaftar,” dikutip dari riset Colliers Indonesia.

Vila-vila ini menawarkan tarif yang lebih rendah, yang menarik tamu yang menginap lama dan mengurangi tingkat hunian hotel.

Menurunkan tarif yang dipublikasikan dapat membatasi kemampuan pelaku bisnis perhotelan untuk menyesuaikan harga di masa mendatang.

Pemerintah daerah berupaya mengatur vila-vila ini untuk menciptakan persaingan yang lebih sehat. Kinerja perhotelan di Bali diharapkan membaik pada kuartal kedua 2025, dimulai sejak libur Idul Fitri.

“Namun, langkah-langkah efisiensi dan daya beli yang menurun harus diperhatikan. Tiket pesawat domestik, yang seringkali lebih mahal daripada tiket internasional, dapat menghalangi wisatawan domestik untuk berlibur,” dilansir riset Colliers Indonesia.

Baca juga: Kabar Terkini Properti Bali

Pasokan Hotel

Colliers Indonesia menyebutkan bahwa pelaku usaha perhotelan di Bali menghadapi tantangan yang cukup besar.

Penurunan pasar domestik telah berdampak signifikan terhadap beberapa hotel, yang mengharuskan adanya pergeseran fokus pasar mereka.

Kondisi ekonomi global yang menimbulkan kecemasan dan memengaruhi daya beli juga harus diperhatikan. Prinsip “Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang” sangat penting bagi pelaku usaha perhotelan.

Diversifikasi pasar dengan komposisi yang seimbang dapat membantu meminimalkan kerugian. Bekerja sama dengan agen perjalanan, maskapai penerbangan, dan sektor bisnis lainnya untuk memperluas pasar dapat menjadi solusi yang layak untuk meningkatkan pendapatan.

Sementara itu, hotel bintang lima mendominasi pasokan mendatang di Bali.

Dua hotel baru dari IHG Hotels & Resorts telah menambah pasokan di Bali.

Kedua hotel itu mencakup bintang tiga dengan 72 kamar di kawasan Kuta dan hotel bintang emat dengan 162 kamar di Seminyak.

Baca juga: Okupansi Hotel di Badung Bali Sentuh 80 Persen

Hingga kuartal pertama 2025, total pasokan tercatat sebesar 58.822 kamar.

Pasokan hotel mendatang di Bali hingga 2027 sebagian besar adalah hotel bintang lima, yang menunjukkan kepercayaan pada pasar rekreasi dan internasional.

“Namun, kondisi yang tidak menentu dapat memengaruhi pasar dan pertumbuhan hotel di Bali,” dilansir riset Colliers Indonesia.

 

Permintaan Pasar

Terpisah, jaringan perhotelan global Tui Blue mengungkapkan, investor membidik investasi properti vila di kawasan wisata Pantai Berawa, Canggu, Kabupaten Badung, Bali.

Baca juga: Hotel di Bali Terdampak Padamnya Listrik Selama 12 Jam Kurang

“Kepercayaan investor, pasar luar terhadap Canggu memang kencang,” kata General Manager Tui Blue Berawa Dino Anthonio di Kabupaten Badung, Bali, Jumat, 16 Mei 2025.

Dia menjelaskan, sebanyak 14 unit vila mewah yang baru dirampungkan dan berada di bawah pengelolaannya, sudah dibeli investor yang dominan berasal dari Australia.

Ada pun skema penanaman para pemodal itu, kata dia, dengan skema hak guna pakai hingga tahun 2049.

Dino menambahkan, harga jual minimal per unit sekitar US$570 ribu atau sekitar Rp9,3 miliar dengan asumsi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS per Jumat, 16 Mei 2025 sebesar Rp16.464.

Sebanyak sembilan unit memiliki dua kamar dan lima unit lainnya memiliki tiga kamar.

Saat ini, jelas dia, dikutip dari Antara, pihaknya masih melakukan pembangunan untuk 10 unit vila baru, sebanyak delapan unit di antaranya sudah dibeli investor dan tidak menutup kemungkinan juga berdatangan investor dalam negeri.

 

(*)

Exit mobile version