Jakarta, landbank.co.id– Konsultan properti, Leads Property mencatat semakin banyak shopping mall melakukan pengubahan konsep dan peremajaan untuk bertahan dalam kompetisi dengan mal yang lebih baru dan established.
Maklum, saat ini, mengutip data Leads Property, di Jakarta terdapat seluas 350 ribu meter persegi (m2) ruang pusat perbelanjaan atau shopping mall yang kosong, belum terserap pasar.
“Shopping mall yang terintegrasi dengan sarana transportasi umum diproyeksikan semakin diminati pengunjung, berpotensi menaikkan tingkat hunian,” kata Martin Samuel Hutapea, associate director Research & Consultancy Department Leads Property di Jakarta, baru-baru ini.
Dia menilai, bisnis makanan dan minuman (food and beverage/F&B), baik restoran, café, maupun grab-and-go, masih memimpin pasar ritel Jakarta.
Banyak nama baru dengan konsep unik bermunculan, tidak hanya di shopping mall tapi juga dalam bentuk stand-alone di kawasan seperti Menteng, Kemang, Senopati, Gunawarman, Pantai Indah Kapuk, dan Puri Indah.
Segmen lifestyle dan entertainment untuk kelas menengah atas semakin berkembang di berbagai titik strategis Jakarta, seperti SCBD, PIK, Kemang, dan Puri Indah. Berbeda dengan tren sebelumnya yang terpusat di shopping mall, kini banyak brand premium lifestyle mengadopsi konsep stand-alone untuk menciptakan pengalaman yang lebih eksklusif dan destination-focused.
Baca juga: Mengintip Fenomena Ritel Semi Terbuka, Colliers: Aset Meningkat
“Kategori sport fashion terus mencatat pertumbuhan yang solid di berbagai pusat perbelanjaan,” kata Martin.
Produk seperti sepatu olahraga dan apparel sport menjadi magnet baru yang menarik konsumen, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup aktif dan tren athleisure.
Tren wholesale supermarket semakin bergeser ke online shopping. Supermarket yang akan bertahan adalah yang fokus menyediakan produk impor dan barang segar (fresh goods).
Konsep lokasi olahraga seperti padel, bulutangkis, golf, billiard, yoga, beauty clinic, dan lain-lain akan terus berkembang, berpotensi dikembangkan berdampingan dengan area ritel F&B berupa café atau restoran.
Baca juga: Daftar Empat Mal Baru di Jakarta Tahun 2025
Bermunculan luxury brands lintas generasi, membuat perbelanjaan barang mewah tidak lagi didominasi Generasi X, tapi juga melibatkan Generasi Milenial, Generasi Z, dan bahkan Generasi Alpha.
Ruang Kosong
Sementara itu, hingga kuartal pertama 2025, mengutip data Leads Property, total ruang ritel yang masih kosong belum terserap pasar seluas 350 ribu m2.
“Total penyerapan permintaan ruang ritel pada kuartal pertama 2025 sekitar 9 ribu m2, yang ditopang oleh sektor FnB dan mulai aktifnya ekspansi dari fashion dan entertainment,” terang Martin.
Dia menambahkan, hingga tiga bulan pertama 2025, total pasokan ruang ritel di seluruh Jakarta seluas 3,5 juta m2 yang tersebar di dalam dan luar kawasan pusat bisnis (central business district/CBD).
Rata-rata tingkat hunian ritel di Jakarta pada triwulan pertama 2025 sekitar 90 persen.
Martin juga mengatakan, rata–rata harga sewa dasar untuk typical floor (asking base rent) di Jakarta Rp468 ribu per m2 per bulan.
“Harga sewa terbilang stabil, dimana penyesuaian yang terjadi, yakni sekitar 3 persen, hanya pada harga penawaran yang sebagian besar ditopang oleh prime malls,” urai dia.
Saat ini, kata Martin, dari 3,5 juta m2, sebaran ruang ritel di Jakarta mencakup sebesar 26 persen di CBD dengan rata-rata tingkat hunian sekitar 90 persen.
Baca juga: Dua Pelaku Bisnis Ritel Catat Pertumbuhan, Ada yang Raup Rp9,3 Triliun
“Rata-rata harga sewa di CBD Jakarta sebesar Rp 586 ribu/ m2/bulan,” terang Martin.
Lalu, di luar CBD Jakarta sekitar 74 pesen dari total ruang ritel yang ada dengan rata-rata tingkat hunian sekitar 90 persen juga.
Di luar CBD Jakarta, dalam catatan Leads Property, rata-rata harga sewanya sebesar Rp417 ribu/m2/bulan pada kuartal pertama 2025.
(*)