2. Paris, Prancis

Paris memimpin dalam tata kelola kota ramah lingkungan. Lewat inisiatif “15-Minute City”, warga Paris didorong untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidup—kerja, sekolah, rekreasi—dalam radius 15 menit dari tempat tinggal mereka.
Konsep ini mengedepankan desentralisasi layanan publik dan transportasi berkelanjutan.
3. Barcelona, Spanyol

Barcelona dikenal dengan sistem “superblocks”, yakni area perumahan bebas kendaraan bermotor, yang berhasil meningkatkan kualitas udara dan ruang publik. Pemerintah lokal juga aktif melibatkan warga dalam perencanaan kota melalui forum-forum deliberatif, menjadikan kota ini model partisipasi masyarakat urban.
4. Berlin, Jerman

Berlin mengedepankan inklusivitas sosial dalam tata kelolanya. Kota ini menyediakan skema perumahan sosial yang luas, mendukung integrasi komunitas migran, dan mendorong inisiatif akar rumput dalam desain ulang ruang kota. Transparansi anggaran publik dan keterlibatan LSM juga menjadi ciri khas pengelolaan kota ini.
5. Amsterdam, Belanda

Amsterdam menjadi simbol circular city, yakni kota yang mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya. Strategi ini diperkuat dengan pengembangan sistem transportasi ramah lingkungan dan penggunaan teknologi pintar untuk mengelola air, energi, dan sampah.
6. Moscow, Rusia

Moscow telah bertransformasi menjadi salah satu kota dengan tata kelola teknologi terdepan. Pemerintah kota mengembangkan platform digital terpadu seperti Active Citizen dan My Moscow, yang memungkinkan warga menyampaikan aspirasi dan mendapatkan layanan publik dengan cepat dan transparan.