“Recurring income Perseroan berasal dari sewa/service apartment dan komersial,” jelas Arvin.
Arvin mengakui, kehadiran insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) ikut membantu penjualan Gapuraprima.
“Namun, mohon pihak perbankan dapat membantu approval KPR/KPA. Karena banyak reject KPR/KPA dari perbankan,” harap Arvin.
Peningkatan penjualan ikut memengaruhi raihan laba bersih Gapuraprima sepanjang tiga bulan pertama 2025.
Baca juga: Ini yang Bikin GPRA Pecahkan Rekor Laba Bersih
Per akhir Maret 2025, laba bersih GPRA tercatat sebesar Rp37,31 miliar, naik dibandingkan dengan periode sama 2024 yang sekitar Rp36,78 miliar.
Sementara itu, jumlah aset Gapuraprima tercatat sebesar Rp2,00 triliun per akhir Maret 2025, naik dibandingkan per akhir Desember 2024 yang sekitar Rp11,97 triliun.
Gapuraprima menurunkan jumlah liabilitas menjadi Rp603,87 miliar per akhir Maret 2025, sedangkan per akhir Desember 2024 sekitar Rp604,84 miliar.
Hal serupa dicatat Gapuraprima di lini ekuitas. Per akhir Desember 2024, ekuitas GPRA sebesar Rp1,36 triliun, sedangkan akhir Maret 2025 senilai Rp1,40 triliun.
(*)