Jakarta, landbank.co.id – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance terus melakukan diversifikasi melalui anak usaha.
Bahkan, pendapatan anak usaha mampu tumbuh signifikan dan terus meningkatkan porsi kontribusi terhadap pendapatan konsolidasi.
Pada 2024, pendapatan dari usaha sewa TUGU melesat 70 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp363,18 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp212,81 miliar.
Pendapatan sewa merupakan pemasukan dari usaha sewa properti investasi dan kendaraan entitas anak, yang salah satunya dilakukan oleh PT Pratama Mitra Sejati (PMS).
PMS yang 99,99 persen sahamnya dimiliki TUGU, pada akhir 2024 memiliki total aset Rp2,76 triliun, naik 11,68 persen secara yoy.
Baca juga: Program Tiga Juta Rumah bisa Menjadi Peluang Industri Asuransi
Perusahaan ini memiliki tiga saluran pendapatan. Pertama, sewa kendaraan dengan nama Tugu Rent.
Kedua, sewa gedung perkantoran yang berjumlah lima unit di Jakarta dan Surabaya.
Ketiga, layanan outsourcing jasa kebersihan dengan nama Mitra Care.
Dampak dari kenaikan pendapatan sewa, mendongkrak total pendapatan usaha lainnya sebesar 29,29 persen secara yoy menjadi Rp519,85 miliar pada 2024, dari setahun sebelumnya Rp402,09 miliar.
Dengan kinerja tersebut, pendapatan usaha lainnya, memiliki porsi sekitar 13,22 persen dari total pendapatan TUGU.
“Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 11,19 persen,” kata manajemen TUGU dalam siaran pers, Senin, 17 Maret 2025.
Sementara itu, analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai bahwa peningkatan pendapatan hingga laba di anak usaha mencerminkan TUGU berhasil melakukan diversifikasi usaha, terutama untuk mengoptimalkan pada aset hingga ekuitas yang dimiliki.
Baca juga: Ini Kata Dirut Pertamina Usai Disinggung Pengoplosan RON Pertamax
“Diversifikasi usaha ini penting karena kapasitas TUGU sangat besar untuk meng-generate revenue,” ujar Azis dalam siaran pers yang sama.
Dari sisi aset, TUGU memiliki lima gedung perkantoran di Indonesia. Hal ini belum termasuk dengan gedung perkantoran di luar negeri yang saat ini sedang proses penjualan.
Berikutnya, total ekuitas TUGU secara konsolidasi mencapai Rp10,5 triliun, dan hanya Rp5,7 triliun yang dicatatkan pada Tugu Insurance sebagai induk atau parent only.
Menurut Azis, secara bisnis PMS memiliki prospek yang positif karena saat ini banyak perusahaan yang mulai mengurangi pembelian mobil dinas dan menggantinya dengan sewa.
Hal ini akan mengurangi beban perusahaan tersebut secara akuntansi terutama pada sisi beban depresiasi kendaraan dinas dan biaya lain-lainnya seperti, asuransi, pajak kendaraan hingga perawatan.
Baca juga: Berbekal 354 Outlet, PRDA Raup Rp2,25 Triliun
“Jadi potensi ke depan pasti terbuka lebar, tinggal bagaimana pemasarannya saja karena perusahaan rental kendaraan sudah cukup banyak,” ujarnya.
Di sisi lain, tuturnya, ada potensi PMS pada captive market yakni penyewaan truk pengangkut BBM dan gas.
Potensi pasar ini cukup besar karena banyak di perusahaan induk serta mitranya juga sudah banyak yang menggunakan sistem sewa untuk mengurangi belanja modal yang besar di awal.
“Di sini bisa menjadi keunggulan lain dari PMS karena tidak banyak perusahaan rental kendaraan yang berani bermain di segmen ini,” ujarnya.
Tugu Insurance mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp700,85 miliar pada 2024.
Hal ini ditopang oleh penghimpunan premi bruto yang meningkat 10,73 persen yoy menjadi Rp8,54 triliun. Adapun pendapatan underwriting naik 13,8 persen yoy menjadi Rp2,97 triliun.
Bila dirinci kenaikan premi banyak disumbang oleh segmen properti dan kebakaran yang meningkat 38,2 persen yoy menjadi Rp3,81 triliun.
Segmen onshore juga melesat 395 persen yoy dengan nilai Rp338,76 miliar.
Azis menilai, segmen properti dan kebakaran akan tetap menjadi mesin pertumbuhan TUGU pada tahun ini.
Hal tersebut ditopang oleh pertumbuhan properti-properti bisnis, baik pabrik, smelter, hingga pembangkit listrik.
Baca juga: Investor Domestik Guyur Rp76 Triliun Tiga Subsektor Properti Ini
Faktor lainnya, tidak banyak perusahaan asuransi dengan modal yang kuat dan bermain di sektor properti dan kebakaran.
“Tantangannya tinggal bagaimana pemasaran hingga manajemen risiko. Karena jangan sampai premi banyak, namun klaim juga lebih banyak,” papar dia.
(*)